REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Kementrian Luar Negeri telah memulangkan ratusan pelajar dari kota Tarim dengan menggunakan pesawat carteran Air Asia A330-300. Dari sekitar 2.000 pelajar di kota Tarim, masih banyak pelajar yang memutuskan untuk menetap di Yaman.
"Alasannya banyak. Salah satunya sekolah," terang Fadlil Mu'id, salah satu dari 370 pelajar yang berhasil dievakuasi di bandara Soekarno-Hatta, Senin (14/4).
Fadlil mengatakan, awalnya dia juga ragu untuk pulang ke Indonesia. Pasalnya, mahasiswa jurusan Syari'ah di salah satu perguruan tinggi di Yaman ini takut studinya bakal terhambat kalau kembali ke Indonesia.
"Itu keputusan dari kampus," terang Fadlil.
Hal tersebut, jelas Fadlil, membuat beberapa WNI di Tarim enggan pulang ke Indonesia. Bahkan, lanjutnya, ada orang tua yang menyuruh anaknya untuk tidak pulang supaya studinya di Yaman cepat selesai.
Beruntung, ungkapnya, pemerintah Indonesia berhasil melobi universitas di Yaman untuk menangguhkan keputusan tersebut. "Jadi kita pulang ini diihitungnya cuti," jelas Fadlil.
Seperti diketahui, semenjak memuncaknya konflik di Yaman dalam dua bulan terakhir membuat Indonesia mulai mengevakuasi WNI. Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia (BHI) Kemenlu, Muhamad Iqbal mengaku kalau mereka telah mengamankan sekitar 2.000 WNI dari total 4159 di Yaman. "Dan sekitar 1.370-an udah balik," ungkapnya.
Sementara, terkait WNI yang menolak untuk pulang ke Indonesia, jelas Iqbal, pemerintah akan tetap menjalankan tugasnya dengan mengeluarkan imbauan. Namun, pemerintah akan terus berupaya untuk memulangkan WNI yang masih berada di Yaman.
"Saat ini konfilk belum sampai puncak, jadi kita akan terus evakuasi mumpung belum konflik puncak," terangnya.
Sebelumnya, evakuasi dengan penerbangan carteran ini lepas landas dari Bandara Internasional Salalah, Oman, Senin (13/4) pukul 22.30 waktu setempat. Pesawat tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta hari ini pukul 11.45 WIB.