REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perbankan diperkirakan akan mengerem suku bunga kredit pasca Bank Indonesia mengumumkan mempertahankan BI rate di level 7,5 persen. Target pertumbuhan kredit 17 persen berdasarkan survei Bank Indonesia dinilai cukup optimistis.
Pengamat Ekonomi dari Institute for Development of Ecomonics and Finance (Indef) Eko Listyanto mengatakan, perbankan akan tetep mempertahankan suku bunga. Bahkan kecendrerungan perbankan akan menahan suku bunga untuk lebih rasional, karena BI rate juga ditahan.
Menurutnya, jika ada permintaan kredit dari sisi potensi ekonomi karena memang sektor riil mengeliat dan potensinya lebih bagus di kuartal II.
"Dorongan akan muncul di sektor riil di kuartal II permintaan kredit lebih banyak sehingga naik. Perbankan tidak akan geser suku bunga, tidak naik juga tidak diturunkan," ujar Eko saat dihubungi Republika, Selasa (14/4).
Menurutnya, target pertumbuhan kredit 17 persen masih rasional di kuartal II-2015. Namun, dia menilai sampai akhir 2015 trennya akan kembali turun. Sebab, kuartal II lebih banyak momentum menjelang bulan puasa dan lebaran, sehingga 1-2 bulan sebelumnya terjadi peningkatan produksi, dan konsumsi yang lebih tinggi bulan puasa.
Namun, setelah momentum tersebut, gejolak eksternal kuartal III dan IV diperkirakan lebih kencang, sehingga perbankan lebih cepat ngerem suku bunga kredit. Menurutnya, target 17 persen untuk kuartal II cukup realistis dan diperkirakan akan bertahan 17 persen di kuartal III. Kondisi itu juga melihat situasi global, karena tapering off semakin dekat.
"Itu mau tidak mau akan sedikit banyak berpengarugh terhadap sektor keuangan, baik pelemahan rupiah maupun capital outflow," imbuhnya.