REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Perubahan iklim membuat pertani harus perpikir keras untuk meningkatkan hasil produksi pertanian. Kepala Badan Penelitian Pertanian Kementerian Pertanian, Haryono mengatakan adateknologi yang bisa membantu meningkatkan produksi pertanian. Teknologi yang bakal membantu ini dengan menggunakan citra satelit Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (Modis).
Dengan teknologi ini, maka iklim di wilayah pertanian bisa diprediksi, khususnya musim kemarau pada April hingga September tahun ini. Informasi dari teknologi tersebut dikeluarkan dua kali setahun, selain pada musim kemarau, juga pada musim hujan periode Oktober sampai Maret.
Berdasarkan data citra satelit yang dimiliki NASA itu, maka akan terpantau luas tanam dan luas panen di seluruh Indonesia, khususnya di Sumatera, Jawa, Bali, dan Sulawesi. "Kalimantan dan Papua lagi digarap," ujar dia, Selasa (14/4).
Penggunaan data citra satelit tersebut dilakukan melalui kerja sama Badan Litbang Pertanian dengan Lapan. Data citra satelit tersebut juga memungkinkan untuk melakukan pemantauan terhadap pertumbuhan padi di empat kepulauan tersebut. "Kita mengetahui berapa luas tanam, per propinsi hingga tataran kecamatan," ujar dia.
Haryono menjelaskan, perubahan iklim yang terjadi di masa ini memang perlu dihadapi oleh para petani dengan teknologi. "Petani harus diberikan info secepatnya, seakurat mungkin karena harus kejar-kejaran dengan perubahan iklim," tutur dia.
Selama empat tahun terakhir, pihaknya sudah bekerja sama dengan Lapan, untuk mengkombinasikan data iklim, dengan sektor pertanian, khususnya saat ini padi, jagung, dan kedelai.