REPUBLIKA.CO.ID, QUITO -- Presiden Ekuador Rafael Correa secara tiba-tiba menarik diri dari sebuah acara publik, Selasa (14/4). Itu dilakukan setelah adanya "ancaman serangan serius" terhadapnya. Ancaman tersebut tengah diselidiki dan satu orang telah ditahan.
Pemimpin sosialis berumur 52 tahun itu tengah berada di Tabacundo, sekitar 50 km dari Quito, ketika wali kota setempat memberitahunya bahwa ia telah menerima ancaman berupa pesan singkat lewat telepon seluler.
Correa mengatakan dua pesan itu dikirim ke Wali Kota Frank Gualsaqui.
Correa mengatakan: "Pesan itu menyebutkan kata per kata, 'Anda pikir, Andalah orang yang menyelamatkan rakyat? Itu salah. Kami akan membunuh Anda bersama Correa. Hari ini, Anda akan lihat'."
Menurut Correa, tak lama setelah itu, wali kota bersangkutan menerima ancaman kedua mengenai kematian "banyak orang" di sebuah taman di mana presiden diperkirakan akan hadir.
Tim pengamanan presiden menyarankannya untuk menunda kegiatan tersebut dan tinggal di hotel.
Correa menambahkan bahwa para penyelidik telah menangkap pemilik telepon tersebut namun ia membantah telah mengirimkan pesan-pesan ancaman itu.
Presiden yang juga pakar ekonomi itu mengatakan ia sudah banyak menerima ancaman di masa lalu namun kali ini berbeda, karena pesan-pesan itu dikirimkan dari lokasi yang tidak jauh.