REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Perdana Menteri Irak Haidel al-Abadi untuk kali pertama melakukan lawatan ke Amerika Serikat. Ia bertemu dengan Presiden Barack Obama pada Selasa (14/4), untuk membahas berbagai hal, termasuk soal bantuan AS dan keterlibatan Iran di Irak.
Obama dan Abad menggelar pertemuan di Kantor Oval Gedung Putih. Keduanya membahas keterlibatan Iran dalam melawan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Irak. Obama mengatakan, ia dan Abadi membahas masalah tersebut secara panjang lebar.
Selain membicarakan masalah Irak, tujuan Abadi mendatangi Obama adalah mengharapkan bantuan militer. Namun, juru bicara Gedung Putih Josh Earnest mengatakan, Abadi tak mengajukan permintaan khusus mengenai dukungan militer tambahan selama pertemuan.
Meski tak menanggapi permintaan Abadi soal bantuan militer, Obama justru menjanjikan bantuan kemanusiaan untuk Irak sebesar 200 juta dolar. Bantuan tersebut diperuntukan bagi para pengungsi Irak yang terkena imbas serangan ISIS.
Berbicara pada wartawan di akhir pertemuan, Obama mengatakan, pasukan Irak saat ini telah lebih siap di banding sebelumnya. Ia juga mencatat, Iran dan koalisi AS telah berhasil merebut kembali seperempat wilayah yang dikuasai ISIS di Irak.
"Ini sebabnya mengapa kami melakukan pertemuan ini, untuk meningkatkan koordinasi kami dan memastikan pasukan Irak berhasil dalam misi bersama kami," katanya.
Namun, dalam pembicaran tersebut, Obama enggan mengatakan apakah Washington akan memberikan bantuan helikopter Apache, drone atau persenjataan lain ke Baghdad.
Sementara, Abadi mengatakan, peningkatan serangan udara AS dan pengiriman serta pelatihan telah membantu mengusir ISIS. Tapi, ia menyatakan butuh dukungan lebih besar dari koalisi. "Kami ingin lebih banyak," kata Abadi.