Rabu 15 Apr 2015 17:07 WIB

Pemerintah Serius Jadikan Pesawat Buatan BJ Habibie Program Nasional

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Esthi Maharani
Presiden Joko Widodo bersama Presiden RI ke-3 BJ Habibie.
Foto: Antara/Prasetyo Utomo
Presiden Joko Widodo bersama Presiden RI ke-3 BJ Habibie.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perindustrian Saleh Husin menyatakan pemerintah serius dengan rencana menjadikan pesawat R80 buatan BJ Habibie sebagai program nasional. Dalam waktu dekat, Kementerian Perindustrian akan segera melakukan pertemuan dengan PT. Regio Aviasi Industri, perusahaan milik BJ Habibie yang tengah mengembangkan pesawat R80, untuk mengkonkretkan rencana menjadikan pesawat buatan dalam negeri itu sebagai program nasional.

Saleh menambahkan, sebagai negara kepulauan, Indonesia membutuhkan sarana transportasi yang dapat menghubungkan satu pulau dengan pulau lainnya. Selain kapal laut, dibutuhkan pula pesawat yang dapat menjangkau area sulit.

Pesawat R80, kata dia, memang jenis yang ideal untuk dipakai di Indonesia.

"Kita punya pulau-pulau, terutama di Indonesia timur yang membutuhkan alat transportasi, apalagi yang berkapasitas 80 seat. Menurut engineer yang datang pada kami, itu tipe yang dianggap cukup mutakhir," ucapnya di Kantor Presiden, Rabu (15/4).

Meski demikian, Saleh mengaku belum ada skema yang dirancang pemerintah untuk membantu pengembangan pesawat R80.

Berbicara terpisah, Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional Andrinof Chaniago mengatakan, pesawat berkapasitas 50 sampai 80 orang memang menjadi kebutuhan Indonesia. Pesawat akan menjadi sarana transportasi yang menghubungkan antarprovinsi, bahkan antarkabupaten dalam satu provinsi di Indonesia.

"Sudah ada idenya. Saya setuju kalau Pak Presiden mau menjadikan itu sebagai program nasional," ucap Andrinof.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement