REPUBLIKA.CO.ID,DEN HAAG -- Nama aktivis hak azasi kemanusiaan dari Indonesia, Munir diabadikan menjadi nama jalan Munirstraat di lingkungan Martin Luther King-Laan, dekat Salvador Allende Straat, Den Haag, Rabu (14/4).
Wali Kota Den Haag, Belanda Joziaas van Aartsen sendiri yang meresmikannya. Menanggapi itu, istri almarhum Munir, Suciwati menyatakan upaya mengabadikan jalan Munir merupakan sebuah kehormatan besar dari Kota Den Haag.
Dia yakin apresiasi ini karena apa yang telah Munir perbuat selama hidupnya.
“Sayangnya, apresiasi ke Munir bukan dari negeri tempat ia lahir dan dibesarkan bersama orang-orang lain yang mengaku sebangsa. Bukan diberikan oleh Ibu Pertiwi yang kepadanya ia bersumpah setia sepanjang hidupnya,” ujarnya dalam rilis, Rabu (15/4).
Senada dengan hal tersebut, Direktur Amnesty Internasional Belanda Eduard Nazarski menyatakan bahwa ia ikut berbahagia dengan penghargaan kepada Munir tersebut.
Suciwati ikut membuka tabir kain peresmian jalan Munirpad. Sekaligus melakukan tabur bunga bersama. Terpampang dalam plang jalan tersebut tulisan Munir Said Thalib 1965-2004, Indonesische voorvechter van de bescherming de rechten van de mens (Munir Said Thalib 1965-2004, Pejuang Hak Azasi Manusia Indonesia).
Acara ini dihadiri sekitar 80 orang, termasuk warga Indonesia yang tinggal di Belanda. Hadir dalam peresmian ini adalah Hendardi dan Rachland Nasidik, mantan Tim Pencari Fakta kasus Munir serta Nursyahbani Katjasungkana, mantan anggota DPR RI, para sahabat Munir di Belanda serta mahasiswa yang bersekolah di Belanda.
Tidak ada perwakilan dari pemerintah Indonesia yang hadir dalam acara ini.
Dalam sambutannya, Wali Kota Den Haag menyatakan apresiasinya atas perjuangan Munir. Ia juga menegaskan bahwa Kota Den Haag mendukung upaya pemajuan HAM yang diperjuangkan oleh Munir dan Suciwati. Ia menyatakan kebahagiaannya karena Suciwati bisa hadir dalam peresmian nama jalan tersebut.
Inisiatif untuk mendorong pemberian Jalan Munir ini telah disampaikan oleh Wali Kota Den Haag pada acara Festival Film HAM, Movie That Matter di Belanda pada 2011 lalu.
Seiring dengan kebijakan baru untuk memberikan nama bagi jalan-jalan setapak dan sepeda di Den Haag agar mudah diidentifikasi, akhirnya pemerintah kota membuat jalan setapak Munir.
Kepastian tersebut disampaikan langsung kepada Suciwati dan Amnesty Internasional pada pertemuan di Den Haag, September tahun lalu.
Ruas jalan setapak untuk sepeda, motor, pejalan kaki merupakan bagian dari tradisi Belanda karena warga setempat akan sering melewati jalan serupa itu untuk kegiatan keseharian warga dan menjadi jalan pintas di kawasan tersebut.
Belanda adalah sebuah negara dengan budaya bersepeda terbesar di dunia dan warganya terbiasa senang berpergian dengan berjalan kaki.
Sehari sebelumnya, Direktur Amnesty Internasional Belanda Eduard Nazarzki juga meresmikan Kamer Munir atau Ruang Munir sebagai salah satu ruang pertemuan di kantor tersebut.
Nama-nama aktivis HAM dunia lainnya juga diabadikan dalam ruangan-ruangan pertemuan di kantor Amnesty Internasional.
“Munir telah membuat upaya luar biasa untuk memperbaiki situasi HAM di Indonesia. Dia adalah orang yang berani dan gigih dan kami sangat kehilangan Munir," ujarnya
Di sisi ruangan tersebut terpampang foto Munir serta pernyataan Munir dalam bahasa Inggris, Belanda dan Indonesia yang berbunyi:
"Jangan takut akan perasaan takut diri sendiri, karena perasaan takut kita dapat menghilangkan akal pikiran sehat kita" – Munir.
Dalam hidupnya, Munir membangun relasi dan kerjasama dengan berbagai organisasi HAM di dunia, termasuk Amnesty Internasional. Peresmian ruangan ini adalah bentuk pengakuan atas dedikasi dan komitmen Munir terhadap isu hak asasi manusia yang universal.
“Semoga hal ini justru jadi pijakan pemerintah Indonesia yang baru agar segera menangkap dalang pembunuh Munir,” harap Suciwati.