Kamis 16 Apr 2015 14:10 WIB

Melihat dan Memahami Ragam Polah Kehidupan Lewat 'Filosofi Kopi'

Aktor terbaik Piala Citra FFI 2014 Chicco Jerikho, Rio Dewanto, Julie Estelle, Produser Anggia Kharisma dan musisi Glenn Fredly menghadiri konferensi pers dan syukuran film Filosofi Kopi di Jakarta, Kamis (8/1).
Foto: Antara
Aktor terbaik Piala Citra FFI 2014 Chicco Jerikho, Rio Dewanto, Julie Estelle, Produser Anggia Kharisma dan musisi Glenn Fredly menghadiri konferensi pers dan syukuran film Filosofi Kopi di Jakarta, Kamis (8/1).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh John Tirayoh (penggemar film)

Satu lagi tulisan Dewi Lestari diangkat ke layar lebar. Kali ini Angga Dwimas Sasongko yang mengangkat buah tangan Dewi Lestari 'Filosofi Kopi' menjadi bahasa gambar dan suara.

Dengan judul yang sama, kisah ringan berduasi 117 menit ini berhasil menghibur penonton yang dapat membuat anda tersentuh.

Dikisahkan Ben (Chico Jericho) adalah seorang Barista. Pembuat kopi yang idealis, cuek, slengean. Seluruh idupnya didekasikan untuk membuat Kopi. Ben bekerja di sebuah Kedai bernama Filosofi Kopi milik Jody (Rio Dewanto) yang merupakan sahabatnya semenjak kecil.

Ben dan Jody adalah sahabat dekat yang saling mengerti satu dan lainnya. Namun perbedaan diantaranya menjadi rumit ketika berbicara masa depan Filosofi Kopi. Ben menginginkan Kedai Filosofi Kopi menjadi idealis, mempunyai cita-rasa tersendiri tanpa harus mengekor seperti franchise-franchise kedai kopi yang menjamur di Jakarta.

Sementara Jody sebagai pemilik tempat usaha pusing tujuh keliling tatkala utang menggunung warisan dari ayahnya dan Kedai filosofi kopi tidak mempunyai keuntungan yang signifikan untuk membayar utang dan kemajuan Kedai filosofi Kopi.

Harapan mulai muncul ketika Ben mendapat tantangan dari pengusaha yang akan membayar mahal apabila Ben mampu menyuguhkan racikan kopi terbaik.

Ben dan Jody akhirnya sepakat menerima tantangan tersebut. Ben ingin membuktikan bahwa dirinya mampu memberikan suguhan kopi terbaik sejagad raya dan Jody menjadikan tantangan tersebut sebagai jalan keluar untuk melunasi hutang dan kelanjutan hidup dari kedai Filosofi Kopi.

Kehadiran El (Julie Estelle) tidak mempermudah Ben dan Jody untuk menyajikan kopi terbaik made in Filosofi Kopi. El yang berprofesi sebagai pecinta dan penulis tentang Kopi justru berpendapat Kopi terbaik yang pernah dirasakannya berada di sebuah tempat terpencil dan dibuat oleh petani kampung.

Di sisi lain, baik Ben, Jody, dan El mempunyai masing-masing pergulatan hidup yang pelik disamping Kopi yang menjadi adonan utama mereka bisa bertemu dan bersama.

Ben mempunyai masa kelam yang membuatnya belum damai dengan dirinya sendiri. Jody masih menyisakan kepahitan kepada ayahnya yang dianggapnya egois dan hanya mewariskan hutang untuk hidupnya. Begitu juga El, yang mempunyai pergulatan dengan sang ayah di masa lalu yang belum bisa dilupakannya hingga sekarang.

Di tangan Angga Dwimas Sasongko selaku sutdara, film produksi Visinema ini hadir menghibur penonton dengan apik tanpa harus berbelit. Alur dihadirkan runut dan menarik hingga penonton bisa menikmati maksud dan pergulatan tiap karakter. Pengambilan gambar yang simple namun berkualitas enak dilihat di mata penonton.

Penulis skenario, Jeny Jusuf berhasil mentransformasikan dengan apik adaptasi ciptaan Dewi Lestari dengan yahud hingga menjadi film yang menghibur tanpa harus kehilangan sisi menyentuh dari setiap karakter dan pergulatan kehidupan yang dialami tiap tokoh dalam film ini.

Rio Dewanto dan Slamet Rahardjo tetap menjadi jawara dalam perannya masing-masing, tanpa melupakan Julie Estelle dan Otig Pakis yang mampu menjadi pendukung dengan baik dalam film ini. Begitu juga Chico Jericho yang sangat bekerja keras dalam memerankan Ben.

Apresiasi lebih patut diberikan di sisi scoring dan musik. Scoring film ini mampu menjadi tulang punggung untuk keseluruhan film. Alunan musik di setiap adegan menjadikan penonton hanyut dalam kisah dan kehidupan tiap karakter.

Secara keseluruhan, "Filosofi Kopi" menjadi adaptasi yang berhasil dari sisi kaca-mata saya. Menjadi film yang ringan menghibur dan begitu realistis dalam kehidupan anak muda di ibu kota yang bergelut dengan perjalanan hidupnya masing-masing.

Di satu sisi, pergulatan hidup setiap karakter tampil menyentuh untuk menggugah penonton dari sisi drama kehidupan yang kita jalani. Kisah klasik dari tiap manusia yang terangkum menyentuh lewat media kopi dan menjadi nama Filosofi Kopi.

Selamat Menonton.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement