REPUBLIKA.CO.ID, BATAM -- Wakil Ketua Komisi I DPR RI Tantowi Yahya meminta masyarakat tidak menyalahkan proses hibah pesawat F-16 atas kecelakaan yang terjadi pada pesawat itu di Jakarta, Kamis (16/4).
"Jangan salahkan hibahnya, tidak ada yang salah dengan proses itu," kata Tantowi Yahya.
Menurut dia, masih terlalu dini untuk menyimpulkan penyebab kecelakaan, karena data yang terkumpul pun masih sedikit. Ia meminta TNI AU mengumpulkan semua data untuk mengetahui apakah penyebab kecelakaan itu karena masalah perawatan yang kurang, masalah kesalahan manusia atau lainnya.
Dalam kesempatan itu, Tantowi menyampaikan rasa prihatin atas kejadian itu, apalagi acara dihadiri langsung oleh Presiden Joko Widodo.
"Saya berduka, prihatin. Mestinya pesawat itu laik terbang apalagi untuk acara sepenting itu yang dihadiri oleh Presiden," kata Tantowi.
Satu pesawat F-16 milik TNI Angkatan Udara (AU) yang merupakan hibah dari AS gagal 'take off'. Di Jakarta, Kepala Staf TNI Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Agus Supriatna menyatakan, pihaknya akan mengevaluasi dan mengkaji setiap pemberian hibah pesawat dari negara lain.
"Ini akan kita evaluasi (setiap hibah pesawat). Ini merupakan pengalaman baru. Saya penerbang F-16 sejak tahun 1990-an, dan ini insiden yang baru terjadi," kata Agus.
Ke depan, dirinya berharap pesawat-pesawat yang dimiliki TNI AU bukan lagi pesawat hibah, melainkan pesawat baru.
Dijelaskan Agus, pesawat yang jatuh adalah pesawat yang baru datang yang diperoleh dari hibah AS "upgrade" dari blok 25 ke blok 52.
"Pesawat itu sedang 'take off', kemudian terjadi kebakaran mesin. Penerbang langsung laksanakan (eject) keluar dari pesawat karena mesin terbakar. Alhamdulilah karena landasan pacu masih cukup sehingga pesawat itu bisa berhenti. Walaupun kondisi bahan bakar masih banyak. Pilot sudah dibawa ke rumah sakit dalam kondisi sadar," ucap Agus.
Kasau pun akan mengecek pesawat yang terbakar di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, untuk melihat langsung kondisi pesawat dan pilotnya.