REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak dari terpidana mati pancung Ruyati, Een Nuraenah terpukul mengetahui ada satu lagi TKI yang harus mengakhiri hidupnya dibawah tangan algojo. Een yang selama ini berjuang untuk bisa membebaskan sang almarhum ibu dari hukuman mati tak habis pikir dengan pemerintah yang terkesan abai.
Een sempat berharap, ibunya merupakan TKI terkahir yang harus mati dengan cara mengenaskan. "Saya fikir, ibu saya yang terakhir.." ujar Een sembari menahan tangis, Kamis (16/4).
Een mengaku negara kerap lalai dan tidak berusaha maksimal dalam menyelamatkan warga negaranya. Een yang belasan tahun berjuang untuk membebaskan ibunya tak juga mendapat kepastian dari negara.
Een mengatakan, banyaknya WNI yang harus menghadapi hukuman mati merupakan salah satu wujud lemahnya perlindungan buruh migran oleh pemerintah. Selama ini, meski pemerintah sudah berupaya, ternyata upaya tersebut kurang maksimal.