REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak faktor yang menyebabkan TKI asal Indonesia kerap dianiaya ketika bekerja di luar negeri. Ketua Koalisi Perempuan Indonesia, Husna Mulya mengatakan banyak TKI yang melalui penyalur abal-abal sehingga tak cukup dibekali kemampuan dari segi bahasa maupun keterampilan.
"Mereka kerap hanya diiming imingi yang enak enaknya saja, padahal disamping itu mereka dituntut harus bisa memenuhi kebutuhan si majikan. TKI yang tak siap akhirnya melemah dan tak mampu menerima hal tersebut," ujar Husna saat menghadiri pernyataan sikap koalisi masyarakat tolak hukuman mati di Kantor Migran Care, Kamis (16/4).
Terkendala bahasa dan minimnya keterampilan akhirnya membuat mereka tak bisa bersaing dan tak bisa memenuhi keinginan majikan. Didukung budaya Saudi yang sangat mengaggap remeh buruh membuat mereka rentan akan penyiksaan dan amarah majikan. Selain keterampilan dan bahasa, mestinya penyalur juga wajib membekali mereka pengetahuan terkait kultur dan budaya yang ada di Saudi.
Lebih lanjut, Husna mengatakan pemerintah mesti mulai menertibkan dan menindak tegas para penyalur TKI yang tak berizin. Apalagi, jika penyalur tersebut mempunyai track record hanya sebagai penadah, tanpa adanya kejelasan kepada TKI persoalan gaji dan batasan kerja. Husna menyebut, banyak dari penyalur swasta hanya mencari keuntungan dari berangkatnya para TKI tersebut.
Tak jarang, para penyalur swasta ini hanya meminta uang kompensasi dari TKI, tanpa membekali TKI tersebut gambaran dan pengetahuan, juga pembekalan. Apalagi, banyak dari mereka lepas tangan, bahkan tak bisa memastikan dimana si TKI tersebut ditempatkan dan tinggal.
"Banyak dari penyalur lepas tangan, sehingga ketika terjadi hal seperti ini, mereka mengklaim hal tersebut bukan urusan mereka," tutup Husna.