Jumat 17 Apr 2015 17:19 WIB

Kasih Sayang Nabi Ibrahim kepada Keluaraga (2)

Rep: c24/ Red: Agung Sasongko
Kota Makkah di masa lampau.
Foto: Wikipedia.org/ca
Kota Makkah di masa lampau.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ibrâhîm menutup lubang daun telinga Siti Sarah dengan anting-anting emas yang sampai saat ini biasa dipakai oleh kaum perempuan. Dahulu, perempuan yang memiliki lubang daun telinga dicap negatif. Sama halnya dengan gundul (botak kepala), yang menandakan bahwa seseorang itu budak.

Di Mesir, Sarah yang cantik itu diberi hadiah seorang budak oleh Raja Fir’aun, yaitu seorang perempuan Mesir yang juga cantik, bernama Hajar.  Ada yang mengatakan bahwa Hajar itu orang Habasyî (Ethiopia), sehingga kulitnya hitam.

Tapi ada juga yang mengatakan bahwa Hajar itu orang Ham. Yang jelas Hajar itu cantik, biarpun berkulit hitam.

Singkat cerita, karena Sarah ini sudah lama merasa tidak bisa memberi keturunan kepada Ibrâhîm, maka Sarah mempersilahkan Ibrâhîm untuk mengawini Hajar. Maka dinyatakanlah Hajar sebagai manusia merdeka dan Ibrâhîm pun menikah dengan Hajar.

Ternyata yang ditunggutunggu sejak lama muncul, yaitu kehamilan Hajar.  Dari Hajarlah kemudian lahir seorang anak lelaki, yang diberi nama Ismâ’îl, dari kata Isma berarti mendengar, dan El yang bermakna Allah (Tuhan).

Jadi Ismâ’îl (Isma-El) artinya Allah Maha Mendengar, sehingga mengabulkan do’a Nabi Ibrâhîm untuk memberikan keturunan. Al-Qurân sendiri memberikan alusi, memberikan isyarat, ke arah itu:

Segala puji bagi Allah yang telah mengarunia aku Ismâ’îl dan Ishâq di hari tua. Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Mendengar [Mengabulkan] do’a (Q., 14 : 39).

Nabi Ibrâhîm, Sarah (istri pertamanya), Hajar (istri keduanya) dan Ismâ’îl (putranya) pun hidup bersama di Kana’an. Tapi tidak lama kemudian ternyata Sarah cemburu, karena Ibrâhîm mulai memusatkan rasa kasih sayangnya kepada anaknya, Ismâ’îl.

Akhirnya Sarah meminta Hajar dan puteranya dijauhkan dari rumah tangganya. Scara akidah, itu adalah rencana Allah, karena kemudian Ibrâhîm diberi petunjuk supaya membawa anak dan ibunya dari Kana’an ke selatan, ke suatu lembah yang di situ dahulu ada rumah suci Allah yang pertama, yang didirikan oleh Allah untuk umat manusia.

Lembah ini tandus, tiada bertetumbuhan, dan sekarang kita kenal sebagai kota Makkah. Suatu saat Hajar kebingungan, karena bekal yang ditinggalkan oleh Ibrâhîm telah habis, sedangkan di lembah itu tidak ada sesuatu yang bisa diminum atau pun dijadikan makanan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement