REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Lajnah Intelektual, Hizbut Tahrir Yogyakarta, Nopriandi menilai radikalisme adalah sesuatu yang baik. Dalam artian kesungguhan untuk kembali pada Islam.
Saat ini, menurutnya, masyarakat sering terjebak dalam persepsi buruk sebuah kosa kata. "Selama radikal tidak menggunakan kekerasan itu tidak masalah. Yang tidak boleh adalah mempertahankan sesuatu dengan jalan serangan-serangan fisik," ujarnya, Jumat (17/4).
Ia menyampaikan bahwa radikal memiliki arti bersungguh-sungguh dalam mempertahankan sesuatu.
Namun saat ini redaksi kata tersebut sering disalah artikan sebagai tindakan kekerasan. Sehingga sesuatu yang dianggap radikal selalu dianggap menakutkan.
Terlebih ketika pengertian negatif radikal itu disematkan pada ajaran Islam. Hasilnya akan berdampak buruk, sehingga umat disesatkan dan secara tidak sadar menyudutkan Islam.
"Sekarang kan orang-orang, bahkan umat islam jadi enggan mempelajari Islam. Banyak pula yang akhirnya takut dan membenci syariat. Padahal syariat islam akan membawa kedamaian," papar Nopriandi.