REPUBLIKA.CO.ID, ERBIL -- Sebuah bom mobil yang diklaim dilakukan ISIS menewaskan tiga orang, Jumat (17/4) waktu setempat. Bom terjadi di depan Konsulat Amerika Serikat di Erbil.
Meski terjadi dekat gedung konsulat As, Departemen Luar Negeri AS mengatakan, tidak ada warga AS yang terluka dalam ledakan tersebut. Pihaknya menuturkan, kendaraan yang diubah menjad alat peledak tersebut meledak tepat di luar pintu masuk yang dijaga ketat.
Wilayah Kurdi merupakan mitra penting bagi koalisi yang dipimpin AS dalam kampanyenya menatuhkan dan menghancurkan kelompok radikal ISIS. Militan tersebut menguasai sebagian besar wilayah Irak musim panas lalu dan mengancam akan mencapai Erbil.
Seorang saksi mengaku mendengar ledakan yang diikuti dua tembakan. Saat itu asap hitam langsung muncul di atas distrik Ankawa. Daerah tersebut merupakan lingkungan yang didominasi Kristen dengan banyak kafe yang populer bagi orang asing. "Tampaknya konsulat adalah targetnya," kata Walikota Erbil, Nihad Qoja.
Kepala keamananan untuk Ankawa, Sherzad Farmand mengatakan, selain tiga orang tewas, terdapat pula orban luka-luka yang mencapai 14 orang. "Mereka (ISIS) ingin menunjukkan bahwa mereka ada," kata dia.
Kelompok radikal itu juga mengklaim bertanggung jawab atas dua pemboman mobil di Baghdad yang menewaskan 27 orang, Jumat (17/4). "Para pejuang ISIS meledakkan dua bom mobil di jantung ibu kota Irak malam ini dan yang ketiga di Erbil," kata kelompok itu, dikutip Reuters.
Sementara itu, para pejabat AS mengaku bila pihaknya tidak memiliki alasan untuk meragukan pernyataan ISIS atas serangan di konsulat Erbil. "Kami tidak punya alasan untuk meragukan klaim mereka," kata salah seorang pejabat kontra terorisme AS.
Serangan tersebut rupanya terhitung jarang terjadi di Kurdistan. Serangan besar terakhir di Erbil yang juga diklaim dilakukan ISIS terjadi pada November lalu. Saat itu, seorang pembom mobil bunuh diri meledakkan dirinya di luar kantor gubernur. Lima orang tewas dalam insiden tersebut.