REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG–- Presiden Afrika Selatan (Afsel) Jacob Zuma teah mengunjungi sebuah kamp pengungsiaan di pelabuhan Durban usai lahirnya ‘wabah’ gerakan anti-asing di negaranya. Zuma mengatakan kepada orang-orang yang melarikan diri dari kekerasan yang bertentangan dengan nilai-nilai bangsanya bahwa hal itu akan segera dia akhiri.
“Serangan-serangan ini melawan segala segela sesuatu yaang kita percaya. Mayoritas warga Afrika Selatan mencintai hubungan damai dan baik pada saudara-saudara mereka di benua itu,” kata Zuma, seperti dilaporkan BBC, Sabtu (18/4).
Kunjungan ke kamp tersebut juga telah membuat Zuma membatalkan perjalanannya ke Indonesia. Zuma juga mempersilahkan para imigran di negaranya untuk kembali ke tempat asalnya masing-masing jika kekerasan itu telah berhenti.
Tetapi Zuma banyak dicemooh oleh sebagian kalangan karena dianggap terlalu lambat dalam menangani kekerasan yang menimpa imigran-imigran di negaranya. Sedikitnya enam orang imigran telah tewas dalam serangan xenophobia di Druban.
Imigran sebagian besar berasal dari negara-negara di Asia dan Afrika. Mereka pindah ke Afrika Selatan setelah berakhirnya politik kulit putih pada 1994. Banyak warga Afrika Selatan menuding para imigran mengambil pekerjaan mereka yang membuat tingkat pengangguran mencapai 24 persen.