Ahad 19 Apr 2015 18:03 WIB

Petani dan Pengusaha Tolak Impor Jagung

Petani memanen jagung, di Desa Montok, Larangan, Pamekasan, Jatim.
Foto: Antara/Saiful Bahri
Petani memanen jagung, di Desa Montok, Larangan, Pamekasan, Jatim.

REPUBLIKA.CO.ID,GORONTALO--Petani dan pengusaha di Gorontalo menolak kebijakan impor jagung yang sampai saat ini masih dilakukan pemerintah pusat. Gorontalo adalah sentra jagung Indonesia.

"Masalah harga jagung yang anjlok di Gorontalo dalam beberapa bulan terakhir, menurut saya salah satunya disebabkan impor jagung," ungkap Sudin biki, petani jagung di Kabupaten Gorontalo, Minggu.

Menurutnya, akibat pasar jagung yang rusak karena ada kegiatan impor, pengusaha mengambil untung besar dengan mengorbankan petani.

Menurutnya, pengusaha membeli jagung di tingkat petani dengan harga rendah agar ketika dijual lagi bisa menutupi besarnya biaya operasional.

Hal itu juga diakui eksportir jagung di Gorontalo yakni PT Harim.

"Buat pemerintah pusat, tolonglah jangan impor jagung lagi. Kalaupun terpaksa harus impor, bea masuknya dinaikkan. Sekarang jagung impor harganya murah hanya sekitar 200 dolar Amerika Serikat," kata Herman, Direksi PT Harim.

Selain mengancam eksistensi pengusaha lokal, impor juga menghambat distribusi jagung ekspor ke luar daerah.

Menurutnya pengusaha harus antri berhari-hari di pelabuhan serta harus mengeluarkan biaya ekstra untuk pengiriman ke luar negeri.

"Apabila sedang ada impor, maka impor itu prioritas bagi mereka. Jadi jagung lokal kami ditahan dulu dengan biaya sendiri. Kalau nginap tiga hari ya bayarnya juga tiga hari," ungkapnya.

Menanggapi keluhan tersebut, Gubernur Gorontalo, Rusli Habibie, mengatakan, "Saya rasa saat ini impor tidak ada lagi, kalau pun ada mungkin tinggal sedikit. Setelah ini saya akan berkoordinasi dengan Menteri Perdagangan sebagai pengambil kebijakan."

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement