Senin 20 Apr 2015 10:42 WIB

Italia Minta UE Bertindak Atasi Masalah Migran Melalui Laut

Rep: Gita Amanda/ Red: Hazliansyah
Perdana Menteri Italia Matteo Renzi, tiba untuk pertemuan dengan pengusaha Italia setelah sarapan di Casa Italia (House of Italia) Hanoi 10 Juni 2014.
Foto: REUTERS/Kham
Perdana Menteri Italia Matteo Renzi, tiba untuk pertemuan dengan pengusaha Italia setelah sarapan di Casa Italia (House of Italia) Hanoi 10 Juni 2014.

REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Perdana Menteri Italia Matteo Renzi meminta Uni Eropa bertindak lebih untuk mengatasi masalah migrasi melalui jalur laut. Ia mengatakan, migrasi di laut memicu perdagangan manusia yang mewabah di Eropa.

Dilansir BBC News, Senin (20/9), Renzi menuntut Uni Eropa menggelar pertemuan puncak terkait masalah migran ini. Menurut Renzi, perdagangan manusia mewabah di benua Eropa. Ia juga mengeluhkan kurangnya solidaritas antar negara-negara di Eropa.

Pernyataan Renzi disampaikan setelah kapal yang mengangkut ratusan migran dari Libya ke Italia, terbalik di Mediterania. Selain itu, menurut laporan tahun ini saja ada sekitar 1.500 migran yang dikhawatirkan tenggelam.

Renzi mengkhususkan kasus di Libya sebagai masalah utama dari migrasi besar-besaran ini. Ia mengatakan konflik Libya merupakan titik awal sekitar 90 persen migran mencapai Italia melalui laut.

"Lebih banyak kapal penyelamat tak masalah, kalau mereka menghentikan kapal sejak keberangkatannya," kata Renzi.

Beberapa politisi Italia sempat menyerukan blokade laut. Tapi Renzi mengatakan, hal itu hanya akan membantu meningkatkan penyelundupan manusia lebih banyak lagi.

Renzi menyebut kasus ini sebagai 'perbudakan abad 21'. Ia juga menyesalkan kurangnya solidaritas negara Eropa lain terkait kasus ini.

Menanggapi pernyataan Renzi, Presiden Prancis Francois Hollande menyerukan lebih banyak lagi kapal penyelamat dan perlawanan terhadap perdagangan manusia.

Sementara Perdana Menteri Maltese Joseph Muscat mengatakan, Eropa dan masyarakat internasional akan dinilai menutup mata atas nasib para migran dalam sejarah jika hal ini terus terjadi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement