Selasa 21 Apr 2015 00:07 WIB

WEF 2015: Jokowi Ajak Investor Investasi di Indonesia

Rep: C87/ Red: Indira Rezkisari
Presiden Joko Widodo.
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Presiden Joko Widodo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -– Presiden Joko Widodo mengajak para peserta perhetalan World Economic Forum on East Asia 2015 untuk berinvestasi di Indonesia. Acara WEF 2015 digelar di Hotel Shangri-La Jakarta, Ahad-Selasa (19/4).

Dalam sambutannya Presiden Jokowi mengatakan, Presiden telah berdiskusi dengan para menteri untuk menyampaikan secara jujur peluang dan tantangan serta potensi di Indonesia kepada peserta WEF. “Saya harap setelah Anda sepekan di Jakarta bisa melihat peluang-peluang di sini, silakan investasi di Indonesia. Dan jika menemui masalah silakan telpon saya,” jelas Jokowi.

Menurut Jokowi, Indonesia dan negara emerging market di dunia sedang mengalamki tantangan. Namun, tantangan tersebut harus dijadikan peluang dan kesempatan.  

Jokowi bercerita saat kunjungannya ke Tokyo dan Beijing beberapa waktu lalu. Jokowi bersama Presiden Cina Xi Jinping dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe sepakat bahwa dunia ini berubah sangat cepat. Cina, Jepang dan Indonesia juga berubah. Selain itu, selama melakukan blusukan, Jokowi mengaku diminta rakyat agar Indonesia harus berubah. Dengan transisi global yang ada, tujuan Indonesia menjadi nyata untuk membangun ekonomi yang ada dan membangun masyarakat Indonesia.

Jokowi menilai, Indonesia telah berada di posisi hampir sama dengan tahun 1970-an. Dimana Indonesia kaya ekspor kelapa sawit dan harga minyak mencapai rekor tertinggi. Namun, pada 1980-an harga kelapa sawit turun dan ekspor migas turun 80 persen sehingga pemerintah terpaksa mendevaluasi mata uang karena krisis. Setelah tahun 1980-an harga minyak hancur dan Indonesia menjadi negara industrialisasi dengan membangun industri garmen, tekstil, mebel, kertas dan kimia. Kemudian pada 1995, ekspor migas hanya mencapai 30 persen dari total ekspor, sedangkan ekspor barang dan jasa mencapai 70 persen. Menurut Jokowi, saat ini Indonesia berada pada situasi yang sama dimana harga komoditas hancur, dan mata uang juga melemah.

“Komoditas menjadikan kita terlalu konsumtif, tidak menghiraukan sumber daya manusia yang ada. Mata uang rupiah goyah, kita harus menggeser dari konsumtif kepada produktif, dari konsumtif menjadi investasi. Investasi dalam modal manusia. Ini adalah modal utama dan berharga di abad 21,” imbuh Jokowi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement