Selasa 21 Apr 2015 18:53 WIB

Tony Abbott Minta Negara Eropa Perketat Perbatasan

Red:
Tonny Abbott
Foto: abc news
Tonny Abbott

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Perdana Menteri Australia Tony Abbott mendorong negara-negara Eropa untuk lebih tegas dan memperketat perlindungan perbatasan mereka. Pernyataan itu disampaikan menyusul saat badan pengungsi PBB UNHCR menyatakan 800 orang tewas karena kapal mereka tenggelam saat akan menyeberang ke Eropa, Ahad (19/4) lalu.

"Sangat nyata terjadi tragedi mengenaskan di Mediterania saat ini," kata PM Abbott baru-baru ini.

"Ratusan, mungkin ribuan orang tenggelam dalam upaya mereka menyeberang dari Afrika ke Eropa," tambahnya.

Ia menyatakan ikut berduka atas musibah itu namun mendesak pemimpin Eropa untuk mengatasi persoalan ini.

"Satu-satunya cara menghentikan kematian adalah dengan menghentikan penyelundupan manusia. Satu-satunya cara menghentikan musibah tenggelam adalah dengan menghentikan perahu-perahu itu," katanya.

"Makanya negara-negara Eropa perlu menerapkan tindakan tegas untuk menghentikan penyelundupan manusia di perariran Mediterania," jelas PM Abbott.

Sementara itu Menlu Julie Bishop yang kini berada di Eropa menyatakan Australia siap membagi pengalamannya dalam mengatasi penyelundupan manusia.

"Kami pernah mengalami sekitar 1.200 orang tewas tenggelam karena datang ke Australia melalui jasa penyelundup. Makanya kami bertekad mengakhiri hal itu, dan itulah yang kami lakukan," katanya.

Menlu Bishop menambahkan, "Kami berhasil menghentikan kedatangan orang melalui jasa penyelundup namun kami tetap waspada".

Dikatakan, Australia bersedia membangi pengelamannya dengan negara-negara Eropa demi mencegah jatuhnya korban tewas akibat penyelundupan manusia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement