Selasa 21 Apr 2015 15:57 WIB

Miris, Ribuan Balita di Tasikmalaya Kekurangan Gizi

Rep: C10/ Red: Winda Destiana Putri
Bayi gizi buruk (Ilustrasi)
Foto: Youtube
Bayi gizi buruk (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya mencatat sebanyak 6.000 lebih bayi dibawah umur lima tahun (balita) kurang gizi pada 2014.

Banyaknya balita kurang gizi, salah satunya dipicu karena banyaknya ibu hamil yang menderita anemia (kurang darah).

Kepala Seksi Gizi Bidang Kesehatan Masyarakat (Binkesmas) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tasikmalaya, Rasikin BSC menjelaskan, faktor penyebab balita kurang gizi salah satunya karena banyak ibu hamil yang menderita anemia. Di tahun 2013, sebanyak 49 persen ibu hamil di Kabupaten Tasikmalaya menderita anemia. Sebanyak 15 persennya dikategorikan ibu hamil kurang energi kronis (KEK). Menurut Rasikin, memang banyak faktor penyebab balita menderita gizi buruk.

“Kurangnya wawasan ibu-ibu tentang kesehatan balita juga menjadi penyebabnya,” kata rasikin kepada Republika, Selasa (21/4).

Ia menjelaskan, faktor ekonomi juga menjadi penyebab utama banyaknya balita yang kurang gizi. Menurutnya, penting adanya program peningkatan ekonomi keluarga. Sebab jika ada balita menderita gizi buruk dan kurang gizi, kemudian diobati di Puskesmas pusat pemulihan gizi. Balita tersebut bisa sembuh, tapi ketika pulang ke rumah akan menderita kekurangan gizi lagi karena kondisi ekonomi keluarga yang buruk.

Berdasarkan data dari Dinkes, tercatat ada sebanyak 33 ribu balita yang masuk dalam kategori keluarga miskin. Jika dipersentasikan jumlahnya mencapai 28 persen. Di bulan peningbangan balita 2014, tercatat ada 3.498 balita laki-laki dan 2.783 balita perempuan yang kurang gizi. Sementara, balita laki-laki dan perempuan yang menderita gizi buruk jumlahnya mencapai 169 balita.

Untuk menanggulang permasalahan balita kurang gizi. Menurut Rasikin, harus ada penyuluhan kepada ibu-ibu. Penyuluhan tersebut tujuannya untuk meningkatkan pengetahuan ibu-ibu tentang gizi, kesehatan balita, kesehatan lingkungan, imunisasi dan pentingnya posyandu. “Diharapkan ibu-ibu rajin membawa balitanya ke posyandu setiap bulan, agar Dinas Kesehatan mudah memantau pertumbuhan balita,” kata Rasikin.

Helina (24) yang memiliki balita berumur dua tahun, warga Desa Singaparna, Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya mengatakan, setiap bulan ia rutin pergi ke Posyandu. Tapi, pemberian vitamin di Posyandu untuk balita biasanya hanya dua kali dalam setahun. Setiap kali melakukan penimbangan di Posyandu, ia mengaku hanya mendapat bubur kacang untuk balitanya.

Adanya Puskesmas untuk pemulihan gizi balita, Helina belum mengetahuinya. Menurut rasikin, baru ada satu Puskesmas yang menjadi pusat pemulihan gizi balita. Yakni di Puskesmas Tineuwati, disana balita yang menderita gizi buruk dan kekurangan gizi akan dirawat. Disediakan Dokter, perawat, ahli gizi dan makanan gratis untuk balita gizi buruk dan kurang gizi.

Selain itu, terkait banyaknya jumlah ibu hamil yang mendeita anemia. Rasikin menjelaskan, untuk mengantisipasi hal tersebut, Dinke mengadakan program pembagian tablet penambah dara  untuk siswi SMP dan SMA. Selain itu, kedepannya akan ada program pemeriksaan kesehatan bagi calon pengantin. Rencanannya, calon pengantin akan diperiksa status gizinya, kesehatannya dan pemberian vitamin. Kemudian diberi wawasan tentang perawatan bayi dalam kandungan dan mengasuh balita. Upaya tersebut dilakukan untuk menekan angka banyaknya balita kurang gizi di Kabupaten Tasikmalaya.

Berdasarkan catatan Dinas Kesehatan, di 2009 tercatat ada 25 persen ibu hamil yang menderita anemia. Sebanyak 27 persennya ibu hamil kurang energi kronis. Di 2014, jumlah ibu hamil yang menderita anemia meningkat, tercatat sampai 49 persen ibu hamil di Kabupaten Tasikmalaya menderita anemia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement