REPUBLIKA.CO.ID, JAMBI -- Bandara Sultan Thaha Syaifudin Jambi bakal memiliki Instrumen Sistem Pendaratan/Instrument Landing System (ILS) pada 2016 untuk memudahkan pendaratan pesawat saat terjadi kabut asap.
"Peralatan ILS itu untuk mengantisipasi kepulan asap yang menyulitkan para pilot saat mendaratkan pesawatnya pada musim terjadinya kabut asap," kata Sekretaris Daerah Provinsi Jambi Ridham Priskap di Jambi, Rabu.
ILS akan memberikan panduan kepada pilot yang akan mendaratkan pesawat. Alat ini mengkombinasikan sinyal radio serta lampu-lampu berintensitas tinggi agar pesawat dapat mendarat dengan aman dalam keadaan 'Instrument Meteorological Conditions' (IMC).
"Seperti langit-langit rendah, jarak pandang yang kurang karena kabut, hujan, atau salju. Jika sudah terpasang ILS, kabut asap dengan jarak pandang 1.500 meter sudah bisa mendarat. Tahun 2016 kita mendapatkan bantuan ILS itu," kata Ridham.
Menurut Sekda, ILS di Bandara STS Jambi memang sangat diperlukan untuk mengantisipasi jarak pandang penerbangan. Apalagi Jambi selalu dilanda kabut asap setiap tahunnya.
"Kurang dari 2.000 meter saja tidak bisa tembus. Nanti, dengan adanya alat itu bisa membantu penerbangan," katanya.
Sekda juga mengungkapkan, pengembangan Bandara STS Jambi terus berproses. Target Angkasa Pura II akhir 2015 sudah bisa difungsikan.
Yang masih ada kendala saat ini adalah pemindahan tangki-tangki bahan bakar penerbangan milik Pertamina. Lokasi baru untuk itu sudah disiapkan oleh Pemerintah Provinsi Jambi namun pemindahannya belum dilakukan oleh Pertamina.
"Waktu pemindahan juga lama, enam bulan baru selesai. Lokasinya masih di dalam kawasan pengembangan Bandara STS Jambi. Lokasi itu sudah termasuk lokasi parkir yang sudah di MoU-kan seluas 4,7 Hektare. Itulah yang menjadi permasalahan sekarang," katanya menjelaskan.