REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pengamat politik Inggris, Steven Patterson mengungkapkan, saat ini politikus di Negeri Elizabeth tertarik mendapatkan suara umat Muslim. Sayangnya, ketertarikan politisi kepada komunitas Muslim hanya sesaat dan jelang pemilu saja.
"Ada kemungkinan politisi tak tertarik kepada komunitas Muslim usai pemilu 7 Mei mendatang. Jadi mereka hanya ingin meraih suaranya saja," ujar Patterson seperti dilansir onislam.net, Selasa, (21/4).
Masalah yang mengancam Inggris saat ini adalah semakin berkembangnya jarak antara rakyat dan pemimpin politik. Fenomena ini paling banyak dirasakan umat Muslim Inggris.
Ketika umat Muslim sedang mempertimbangkan akan memberikan suaranya kepada siapa, terkadang politisi Inggris mengambil risiko mengubah Islamofobia dengan menjadikannya lelucon rasis. Sebagai contoh, akhir Maret lalu seorang politikus Inggris, Myles Power menyatakan, anak-anak yang diajarkan pendidikan Islam merasa tidak dihargai pemerintahan Inggris.
Komentar Power, terang Patterson, menunjukkan sentimen negatif terhadap Muslim dan orang asing secara umum. Padahal seharusnya politisi paham bahwa agama tidak seharusnya dijadikan jualan untuk kampanye.