REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Perhimpunan Pelajar Indonesia Australia (PPIA) di University of Melbourne mengajak para mahasiswa Indonesia di mana pun berada untuk terlibat dalam sebuah proyek inovasi sosial. Proyek ini nantinya diharapkan dapat membantu pendidikan bagi mereka yang kurang mampu.
Ide membuat proyek inovasi sosial berawal dari banyaknya jumlah mahasiswa asal Indonesia di Australia dan mereka tetap ingin memberikan 'sesuatu' pada Indonesia.
"...penting bagi kami untuk berkontribusi secara nyata dalam upaya untuk memperbaiki keadaan yang ada di Indonesia," ujar Andreas Budiman, salah satu penanggung jawab proyek tersebut baru-baru ini.
"Sebagai pengurus PPIA, kami ingin memfasilitasi aspirasi mahasiwa-mahasiswi Indonesia di Autralia dalam bidang pendidikan," tambah Andreas yang sedang mengambil jurusan Media dan Komunikasi di University of Melbourne.
Masalah pendidikan menjadi fokus pilihan PPIA University of Melbourne, karene menurut mereka masa depan Indonesia berada di tangan generasi mudanya.
Proyek inovasi sosial ini dilakukan lewat kompetisi. Meski digagas di Melbourne, tapi kompetisi ini terbuka bagi seluruh mahasiswa-mahasiwi Indonesia di seluruh penjuru dunia. Dalam kompetisi ini para mahasiswa diminta untuk membuat proyek-proyek yang bisa membantu masalah pendidikan di Indonesia.
"Untuk bisa mengikuti kompetisi ini, peserta harus membentuk sebuah tim yang terdiri dari tiga hingga empat orang," jelas Victor Pandu Nata, penanggung jawab proyek.
"Kemudian mereka mengirimkan ringkasan, atau executive summary [soal ide proyeknya] ... disertai dengan presentasi, baik dalam bentuk video, foto, atau media lainnya."
Proyek ini merupakan salah satu rangkaian dari acara "Setapak: Langkahmu Untuk Perubahan", yang diselenggarakan oleh PPIA University of Melbourne bersama dengan sejumlah organisasi lainnya, seperti Asian Business and Economics Students Association (ABESA), Indonesian Street Children Organisation (ISCO), dan perusahaan konsultan internasional, Boston Consulting Group. Mereka akan terlibat sebagai panel juri.
Nantinya akan terpilih satu tim sebagai pemenang dan menerima hadiah sebesar $500 atau sekitar Rp. 5 juta.
"Peserta juga berkesempatan untuk mengimplementasikan ide mereka melalui kerjasama kami dengan organisasi anak jalanan di Indonesia, atau ISCO," jelas Andreas kepada Erwin Renaldi dari ABC Internasional.
"Sudah ada beberapa tim yang masuk, tapi kita semua masih menunggu jumlah pastinya hingga hari terakhir pengumpulan adalah 3 Mei 2015, sebelum pergantian hari [waktu Australia Timur atau AEST]."
"Mengingat masalah yang diangkat adalah masalah nyata, solusi yang akan terpilih adalah yang paling dapat diimplementasikan dan realistis."
Beberapa tokoh di Indonesia, termasuk Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama yang akrab disapa Ahok, menyambut positif proyek sosial ini.
"Mahasiswa Indonesia yang berada di luar negeri adalah termasuk dari sekian persen yang beruntung," ujar Ahok. "Bantuan sosial itu okelah tapi yang perlu juga dilakukan adalah keadilan sosial. Keadilan sosial itu adalah harus berani melawan, berani membuka mana yang benar."
Sementara Nia Dinata, sutradara ternama yang pernah menyabet Piala Citra di tahun 2004 lewat film Arisan berharap jika solusi yang ada nantinya lebih bersifat holistik.
"Saya cuma berharap solusi-solusi yang ada di kompetisi ini tidak hanya dari luarnya saja... tetapi bisa menyeluruh dan mengetahui betul apa yang menjadi permasalah dalam sektor pendidikan di Indonesia," ujar Nia.
Anda mahasiswa dan mahasiswi yang ingin mengikuti kompetisi ini? Kunjungi situs PPIA University of Melbourne dan tonton pula video berikut ini, untuk informasi selengkapnya.