REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, mengimbau Konferensi Asia Afrika (KAA) dapat memunculkan kesadaran bahwa bangsa Asia dan Afrika belum sepenuhnya merdeka. Sebab, mereka belum sepenuhnyaa berdaulat dan berwenang untuk mengelola wilayahnya.
"KAA itu spirit kemerdekaan secara utuh bangsa Asia dan Afrika," tulis Dedi dalam akun twitternya, Kamis (23/4).
Dalam akun twitternya, @dedimulyadi71, dia menjelaskan kemerdekaan itu adalah hak penuh untuk menentukan kebijakan bangsa. Dasarnya adalah kultur masing-masing bangsa. Kemerdekaan adalah kedaulatan untuk mengelola wilayahnya, termasuk mengelola sumberdaya. Kesejahteraan dan kemakmuran warga muncul karena mereka sepenuhnya mengelola negaranya.
Dia menegaskan KAA jangan menjadi kegenitan seremonial. Hanya sebatas rutinitas berkumpul yang membahas persoalan yang menghasilkan keuntungan. Sedangkan hakekat kemerdekaan diabaikan.
Dedi mendapat pertanyan dari sejumlah netizen, apakah ada kekhawatiran bahwa persoalan substansial dalam negeri malah tidak tersentuh dalam KAA?
Menurut Dedi, terdapat sejumlah persoalan yang diabaikan. Salah satunya adalah akar dari masalah terorisme, serta pandangan terhadap golongan agama di Timur Tengah yang menimbulkan konflik bersenjata.
Termasuk didalamnya isu lingkungan semisal kedaulatan laut, udara dan pengolahan sumberdaya air & kehutanan. Semua isu itu diharapkannya dapat dibahas secara komprehensif. Harus ada titik penyelesaiannya. Penyelesaian persoalan tersebut akan mempengaruhi proses pembangunan menjadi lebih cepat.