Kamis 23 Apr 2015 23:46 WIB

'Jangan Telan Mentah-mentah Rekomendasi IMF dan Bank Dunia'

Rep: C85/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Firmanzah
Firmanzah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Presiden Joko Widodo menyebut pandangan untuk tetap mengikuti IMF, World Bank, ataupun ADB adalah pandangan kuno. Dia menilai bahwa sudah saatnya kita membangun kekuatan global yang baru.

Mantan Staf Khusus Presiden di era Presiden SBY, Firmanzah menilai, memang sudah seharusnya rekomendasi dari IMF, Bank Dunia, ataupun ADB untuk tidak ditelan mentah-mentah. Dia menyebut, pada dasarnya lembaga keuangan dunia sering melakukan study komparatif di berbagai negara.

Sehingga, ketika mereka ajukan rekomendasi di Indonesia, maka belum tentu bisa sesuai dengan iklim ekonomi dalam negeri. Firmanzah menilai sudah sepatutnya pemerintah mengaktualisasikan rekomendasi tersebut dengan kondisi Indonesia.

"Saya tidak bilang bahwa rekomendasi dari mereka tidak berguna sama sekali. Ada hal hal positif dari mereka, tapi kalau kita telan mentah mentah ya salah. Karena itu kan perspektif atau obat dari mereka sifatnya generik ya. Jadi sifatnya umum. Jadi harus kita sesuaikan dengan kondisi masing masing negara. Jadi tidak lantas rekomendasi mereka tidak berguna sama sekali," jelas Firmanzah, Kamis (23/4).

Mengenai Bank Pembangunan bentukan Cina atas pemikiran Presiden Cina Xie Jinping, Firmansyah menilai, sepanjang ada manfaat yang bisa didapat, maka tidak masalah apabila Indonesia mendukung langkah Cina tersebut.

"Kalau ada manfaat untuk indonesia kenapa tidak kita dukung. Kan sudah ada ADB kalau mau bangun baru harus beda dong dengan institusi yang lama. Sejauh itu bermanfaat dengan kita ya harus kita dukung," ujarnya.

Namun Firmanzah mengingatkan, bahwa pada dasarnya Indonesia memiliki prinsip bebas aktif. Sehingga satu hal yang harus dilakukan Indonesia adalah tetap menjaga hubungan baik dengan lembaga keuangan yang condong ke AS, ataupun bentukan Cina. Dia menyebut, Indonesia tidak boleh lupa atas apa yang telah dilakukan oleh IMF saat krisis keuangan pada 1997 silam.

"World bank, IMF, juga hubungannya baik. Tahun 97-98 mereka pernah bantu kita. Meski memang konsekuensinya berat. Itu kan juga tidak boleh kita lupakan begitu saja. Meskipun syaratnya memang berat yah," lanjutnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement