REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Suasana duka masih menyelimut kediaman keluarga Simon Petrus Simanjuntak dan Erniati Boru Ginting. Keluarga dan rekan terus berdatangan untuk menyampaikan belangsungkawa dan turut berduka cita atas meninggalnya buah hati mereka yang baru berusia 2 tahun 4 bulan.
Anak sematawa wayang mereka, Keisia Natahelena Boru Simanjuntak tewas mengenaskan akibat dibekap pengasuhnya sendiri. Saat wartawan datang, Kamis (23/4), siang, prosesi persiapan pemakaman bayi malang itu telah selesai dilakukan.
Keisia akan dimakamkan di pemakanam umum simalingkar, Jalan Bunga Rampai 4, Medan Tuntungan, Medan, Sumatra Utara. Tak hentinya, keluarga terus histeris ketika melihat jasad bayi tak berdosa itu terbujur kaku di pembaringan.
“Siang ini akan dimakamkan di Perkuburan Kristen Jalan Bunga Rampai IV, Kelurahan Simalingkar B, Kecamatan Medan Tuntungan,” kata bibi korban, Pool Ginting.
Simon, ayah korban, harus bisa kelihatan lebih tegar melawan kesedihan atas kepergian putri semata wayangnya itu. Malaekat kecil yang kelahirannya sangat dinanti itu kini telah tiada. Bagi mereka, Keisia bukan saja anak pertama, tapi juga telah mengahiri masa penantian mereka yang panjang.
Keisia lahir setelah mereka 10 tahun menikah. Oleh karenanya, saat Erniati hamil, ia dan istrinya sangat bahagia. Bahkan, mereka sampai memilih tanggal cantik untuk kelahiran putri pertama mereka. “Anak kami ini lahir tepat pada tanggal 12, bulan 12, tahun 2012,” kata Simon dengan wajah lembab.
Hari ini, Keisia yang tak pernah kehilangan cinta kedua orang tuanya telah pergi. Kenyataan bahwa ia tewas di tangan pengasuhnya membuat pasangan suami istri itu histeris. Padahal, sang pelaku, Ria Waruwu sudah dianggap sebagai anak angkatnya sendiri.
Simon sempat mengintrogasi pengasuh itu. Namun, ia hanya mendapat keterangan yang tidak jelas. Tak sabar dengan keterangan pelaku, dia membawa pelaku ke Kepolisian. “Setelah dibawa ke polisi, dia baru mengaku membekap anak saya pakai kain karena tak mau tidur,” air matanya meleleh.
Kapolsek Delitua, Kompol Anggoro Wicaksono mengaku masih terus melakukan pemeriksaan intensif terhadap pelaku. Mereka juga dibantu Petugas Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Sumut.
Meski begitu, Anggoro belum bisa menjelaskan motif pembunuhan itu. “Untuk motif kita belum tahu, karena kasusnya masih didalami,” ujarnya.