REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pondok Pesantren Darunnajah Cipining, Bogor, Jawa Barat, menggelar pelatihan media sosial (Medsos) bagi santri guna mencegah sisi negatif media berbasis internet itu, Kamis.
Pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah Pusat Dr KH Shafwan Manaf menyatakan media sosial memiliki dua sisi bak mata uang, yakni bermanfaat di satu sisi, namun juga bisa membahayakan penggunanya jika tidak berbekal pendidikan.
"Sebelum terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan, santri perlu diberikan pendidikan media sosial, agar mereka mampu menggunakan media sosial untuk menyebarkan kebaikan," katanya.
Pelatihan media sosial ini diadakan sejak pagi hingga menjelang malam, diikuti 57 peserta, termasuk para pendidik dan mahasiswa dari lembaga-lembaga pendidikan yang dikelola Yayasan Darunnajah se-Jabodetabek dan Banten.
Hadir sebagai pemateri dalam pelatihan tersebut, Hariqo Wibawa Satria, media social strategist dari Magnitude.
Dalam paparannya selama lebih kurang enam jam, ia menjelaskan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan di media sosial, perencanaan dan optimalisasi penggunaan media sosial untuk pribadi dan organisasi, hingga praktik pembuatan konten-konten media sosial.
Menurut Hariqo, dulu masyarakat pasif dan hanya jadi penikmat konten, sekarang siapa pun asal mau sudah bisa menjadi koki atau produsen konten. Ia mengapresiasi kemampuan santri-santri Pondok Pesantren Darunnajah dalam membuat konten, terutama konten dalam format video.
"Saya hanya beri waktu 30 menit, sudah jadi 11 video yang kreatif dan inspiratif. Makin banyak video positif yang kita upload, makin sehat dunia maya," kata Hariqo.
Hartati, seorang peserta pelatihan, menilai maraknya konten negatif di media sosial tidak cukup ditanggapi menyalahkan si pengunggah.
"Kita tak bisa menyalahkan terus banyaknya konten negatif di internet. Saatnya kita berlomba-lomba meng-upload konten positif sebanyak mungkin," kata Hartati yang mengaku baru pertama kali membuat video, yakni di pelatihan itu.