REPUBLIKA.CO.ID, SUKOHARJO -- Hujan deras selama lima jam menyebabkan sejumlah sungai meluap dan merendam ribuan rumah. Berdasar data markas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukoharjo tercatat 1.250 rumah terendam air. Ketinggian air antara 20 hingga 100 Cm.
Rumah paling banyak terendam air terjadi di Desa Cemani, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo. Di sana, tercatat 700 rumah terendam airbah Sungai Kali Jenes. ''Di Desa Purwogondo, Kartasura, ketinggian mencapai satu meter lebih,'' kata Suprapto, Kepala BPBD Sukoharjo, Jum'at (24/4).
Selain merendam pemukiman warga, banjir juga terjadi pada fasilitas publik, seperti, kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Rumah Sakit Ortopedi Prof Dr Soeharso, dan Rumah Sakit Islam Surakarta (RSIS) Yarsis. Jalan Ahmad Yani Kartasura juga sempat tergenang air luapan sungai yang berasal dari wilayah Kabupaten Boyolali.
Data dari BPBD Kabupaten Sukoharjo, menyebutkan, banjir melanda Kecamatan Kartasura mengakibatkan puluhan rumah terendam. Sedang di Grogol, lebih dari seribu rumah terdampak banjir dari Sungai Jenas maupun Sungai Bengawan Solo.
Di Kecamatan Mojolaban, daerah langganan banjir seperti, di Desa Gadingan, Laban dan Tegalmade juga terendam air anak Sungai Bengawan Solo. di wilayah Mojolaban, genangan berasal dari air yang tidak bisa masuk ke Sungai Bengawan Solo karena tinggi muka air mencapai lebih dari 7,2 dpl (Diatas Permukaan Laut).
Hingga Jum'at (24/4) banjir sudah mulai sedikit surut. Namun, BPBD tetap mengantisipasi kemungkinan datangnya hujan dan terjadi banjir lagi. Ini karena cuaca masih mendung tebal.
Banjir di wilayah Kabupaten Sragen membuat beberapa ruas jalan di Kecamatan Tanon, Sidoharjo, Masaran dan Plupuh, Sragen terendam air. Genangan air hingga menutup akses jalur alternatif Kecamatan Masaran – Plupuh, tepatnya di Desa Pring Anom, Kecamatan Masaran.
Banjir setinggi hingga 80 Cm, juga membuat warga tak berani melintas. Padahal, jalan itu merupakan jalur terdekat menuju berbagai daerah seperti Kecamatan Gemolong dan jalur utama Solo–Purwodadi.
''Jika banjir tak segera serut, terpaksa mengambil jalur memutar dengan jarak tempuh lebih jauh dua kali lipat,'' kata Mulyanto (38), warga setempat.
Kepala Kesbangpolinmas Kabupaten Sragen, Giyadi, mengatakan, dari data yang dihimpun sementara ini ada sekitar 936 hektar persawahan terendam. Untuk total kerugian sendiri, pihaknya masih menghimpun seluruh data yang masuk.
Giyadi membantah ada korban jiwa dalam peristiwa banjir tersebut. Termasuk dua Balita yang sebelumnya dikabarkan hilang. ''Tidak ada laporan korban jiwa,'' ujarnya.