REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Salah satu Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) Saifullah Yusuf atau akrab disapa Gus Ipul menyarankan untuk menghindari pemilihan suara terbanyak (voting) ketika memilih ketua umum saat Muktamar ke-33 mendatang.
"Tentu saja tujuannya untuk menghindari kekhawatiran terjadinya politik uang. Kalau saya, tentu menyarankan musyawarah mufakat," ujar Ketua Panitia Lokal Muktamar NU tersebut, Jumat (24/4).
Menurut dia, Muktamar NU berbeda dengan pilihan kepala daerah atau pemilihan lainnya, terlebih dalam pemilihan Rois Aam PBNU dilakukan dengan sistem "Ahlul Halli Wal Aqdi" atau bukan menggunakan sistem pemilihan langsung.
Menurut dia, jika dipilih melalui suara terbanyak akan muncul sejumlah kelemahan, antara lain lahir kampanye hitam antarpendukung, saling menjelekkan dan menjatuhkan.
"Dan yang paling ditakutkan adalah muncul politik uang yang merusak moral. Di tubuh NU tidak boleh seperti itu karena pendiri NU dulu tidak mengajarkannya," tukas Wakil Gubernur Jatim tersebut.
Kelemahan lainnya, lanjut dia, sistem pemilihan langsung dapat menimbulkan kesan NU sama saja dengan partai politik akan terbangun selamanya, dan masyarakat menganggap suksesi di lingkungan NU sama saja dengan di parpol, tergantung mana yang kuat uangnya.
"Maka dari itu beberapa pengurus PCNU maupun PWNU yang masih mau berpikir, mengharuskan ada perubahan. Jadi kalau ada yang getol untuk menggunakan sistem voting maka perlu dipertanyakan," ucap mantan Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor tersebut.