REPUBLIKA.CO.ID, Islamabad -- Pembunuhan warga Amerika yang menjadi ahli media sekaligus promosi bagi Alqaidah dari tempat persembunyian di Pakistan, menjadi pukulan besar bagi para militan. Terutama karena mereka mengobarkan perang propaganda dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Ahli media itu merupakan anggota Alqaidah asal Amerika Serikat (AS), Adam Gadahn, yang menghadapi tuduhan pengkhianatan di Amerika Serikat. Ia tewas awal tahun ini dalam serangan di kamp Alqaidah di Pakistan, dekat perbatasan Afghanistan. Hal ini dikatakan para pejabat AS pada hari Kamis (23/4) kepada kantor berita Reuters.
"Dia sangat penting. Dia adalah orang di lini depan media mereka," kata Ahmed Rashid, seorang penulis Pakistan dan ahli Taliban serta Alqaidah.
"Mengingat keberhasilan ISIS di media dan media sosial, ia akan sangat dibutuhkan, terutama dalam berkomunikasi dengan khalayak berbahasa Inggris di situs web dan sebagainya."
Gadahn yang diyakini berusia sekitar 30 tahun, lahir di Oregon. Ia dibesarkan di California, masuk Islam pada usia 17 tahun. Setelah itu ia menjadi juru bicara dan penerjemah untuk Alqaidah. "Ketika Amerika Serikat menuduh ia sebagai pengkhianat pada 2006, ia menjadi orang pertama yang menghadapi tuduhan tersebut sejak Perang Dunia II," ujar pernyataan Departemen Kehakiman AS.
Gadahn telah terlibat dengan as-Sahab, sebuah media milik Alqaidah dan telah muncul di video yang mengenakan jubah dan sorban. Ia memperingatkan AS akan menghadapi serangan jika tidak mengindahkan tuntutan Alqaidah. "Dia adalah orang utama yang bertanggungjawab atas narasi Alqaidah, sehingga kematiannya akan berdampak pada mesin propaganda," kata Amir Rana, penulis buku tentang kelompok-kelompok militan di Pakistan.