Ahad 26 Apr 2015 11:35 WIB

Malaysia Diproyeksikan Jadi Negara Berpenghasilan Tinggi pada 2020

Rep: c87/ Red: Satya Festiani
Menara kembar Petronas dan gedung-gedung bertingkat di Kuala Lumpur
Menara kembar Petronas dan gedung-gedung bertingkat di Kuala Lumpur

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA –- Kepala Ekonom Asia Pacific IHS Rajiv Biswas memproyeksikan Malaysia akan menjadi Negara berpenghasilan tinggi pada 2020. PDB per kapita Malaysia diproyeksikan dua kali lipat dari 10.000 dolar AS pada tahun 2015 menjadi 21.000 dolar AS pada tahun 2025.

“Malaysia yang saat ini diklasifikasikan sebagai negara berpenghasilan menengah ke atas oleh Bank Dunia, diproyeksikan oleh IHS untuk menjadi negara berpenghasilan tinggi pada tahun 2020. PDB Malaysia dua kali lipat dari 310 miliar dollar AS pada tahun 2015 menjadi 630 miliar dolar AS pada tahun 2023,” kata Rajiv Biswas dalam siaran pers, Jumat (24/4).

PDB riil Malaysia diperkirakan tumbuh pada tingkat tahunan rata-rata 5,2 persen pada 2016-2020. Defisit fiskal Malaysia diproyeksikan menurun dari minus 3,5 persen dari PDB pada tahun 2015 menjadi minus 2,3 persen dari PDB pada 2017. Surplus transaksi berjalan meningkat dari 1,9 persen dari PDB pada tahun 2015 menjadi 7 persen dari PDB pada tahun 2020.

Pertumbuhan ekonomi yang cepat dari kawasan ASEAN akan mendorong pertumbuhan ekspor Malaysia sektor jasa di bidang pariwisata, pendidikan, pelayanan kesehatan dan (teknologi informasi dan proses bisnis outsourcing) industri IT-BPO. Liberalisasi perdagangan ASEAN Economic Community akan mendukung pertumbuhan regional industri jasa keuangan Malaysia. Selain itu, integrasi ASEAN Banking Integration Framework (ABIF) akan mempercepat penciptaan pasar perbankan lebih terintegrasi untuk ASEAN.

Sementara prospek pertumbuhan jangka pendek telah terpengaruh oleh penurunan tajam harga minyak dunia sejak pertengahan 2014. Ekonomi Malaysia diperkirakan akan relatif tahan terhadap efek tersebut, karena struktur yang beragam ekspor Malaysia, yang meliputi mineral dan pertanian komoditas, barang-barang manufaktur, serta berbagai ekspor sektor jasa. Manajemen kebijakan ekonomi makro dengan reformasi ekonomi baru seperti penghapusan subsidi BBM pada tahun 2014 dan pelaksanaan GST (Good and Service Tax) di April 2015 juga telah membantu untuk mengurangi dampak pada posisi fiskal pemerintah.

“Secara keseluruhan, pertumbuhan PDB riil di Malaysia diperkirakan akan moderat menjadi 4,8 persen pada tahun 2015, meningkat menjadi 5,0 persen pada 2016 dan 5,5 persen pada 2017, dengan pertumbuhan diperkirakan akan didorong oleh peningkatan bertahap harga minyak dunia,” imbuhnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement