Ahad 26 Apr 2015 16:42 WIB

Bulog Optimistis Serap Beras Petani Hingga 2,75 Juta Ton

Rep: Sonia Fitri/ Red: Djibril Muhammad
Petani menjemur padi saat panen lebih awal di persawahan Desa Gandasuli, Brebes, Jawa Tengah, Rabu (15/4). (ANTARA/Oky Lukmansyah)
Foto: Antara/Oky Lukmansyah
Petani menjemur padi saat panen lebih awal di persawahan Desa Gandasuli, Brebes, Jawa Tengah, Rabu (15/4). (ANTARA/Oky Lukmansyah)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Urusan Logistik (Bulog) masih menetapkan target penyerapan beras petani di 2015 sebanyak 2,75 Juta ton. Padahal Presiden dan Menteri Pertanian terus menyebut Bulog harusnya bisa menyerap beras petani hingga dua kali lipat, yakni 4,5 Juta Ton. Ditanya soal ini, Direktur Pelayanan Publik Bulog Lely Pelitasari punya jawabannya.

"Sepertinya Menteri sudah mengerti dan belakangan ini sudah tidak lagi menyebut 4,5 Juta ton, //deh//, karena kita saat ini patokannya ke harga agar tidak jatuh," katanya kepada Republika, Ahad (26/4). Artinya, lanjut dia, berpapaun kalau kondisi beras dan gabah sesuai ketentuan, maka akan diserap.

Ia bercerita, dalam kunjungan ke daerah belum lama in menteri pun telah diberi pengertian bahwa harga beras dan gabah yang jatuh di sejumlah daerah bukan benar-benar karena penyerapan tak efektif. Penyebabnya yakni kualitas beras dan gabah yang belum sesuai instruksi presiden makanya tak bisa dibeli oleh Bulog.

Dicontohkannya, gabah yang ditemukan berada di harga Rp 3.400 atau 3.400 alias di bawah harga pokok penjualan (HPP) ternyata kondisinya di bawah standar inpres. Di mana, kadar airnya masih tinggi sehingga harganya lebih murah karena harus melalui proses pengeringan lanjutan serta pemisahan dari kotoran.

"Kemarin beliau dengan saya di Lampung sudah dijelaskan, beliau sudah liat, harga yang dibilang di bawah HPP itu harga yang di bawah standar kualitas inpres, tapi banyak juga yang di atas HPP," ujarnya.

Sebelumnya, dalam rilis yang diterima Republika, pada Jumat (24/4) kemarin, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman melakukan kunjungan dadakan ke wilayah Yogyakarta usai menghadiri perhelatan Konferensi Asia Afrika (KAA). Di sana, ia menemukan masih banyaknya gabah petani yang dibeli dengan harga rendah di bawah HPP sebesar Rp 3.700 per kg. Ia menduga, hal tersebut disebabkan terlalu panjangnya jalur distribusi dari petani ke masyarakat.

Disebutkannya, harga gabah di tingkat petani di Prambanan berada di kisaran Rp 3.300-Rp3.500 per kg. Sementara harga beras di kisaran Rp 6 ribu, masih jauh dari harga pasaran di kota besar yang berkisar Rp 10.000-Rp 11.000 per kg.

Amran juga telah melakukan pengecekan langsung harga gabah di Kabupaten OKU Timur dan Banyuasin Sumatera Selatan yang tercatat Rp 3.300-Rp 3.400 per kg. Sementara di Kabupaten Tulang Bawang Lampung dan Kabupaten Batubara Sumatera Utara Rp 3.400 per kg.

Ia pun meminta Bulog bergerak cepat menyerap gabah petani sesuai dengan HPP yang telah ditetapkan sampai pada tingkat petani dan penggilingan kecil. Hal ini agar Bulog dapat menyerap gabah petani sesuai dengan instruksi Presiden, minimal 4,5 juta ton beras di akhir 2015. Dengan begitu, impor beras yang terus mengintai menjadi mustahil untuk dilakukan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement