Senin 27 Apr 2015 09:02 WIB

Nelayan Mataram Ogah Melaut karena Cuaca buruk

Sebuah kapal nelayan menerjang ombak usai melaut di laut jawa, Tegal, Jateng, Jumat (27/1).
Foto: Antara/Okky Lukmansyah
Sebuah kapal nelayan menerjang ombak usai melaut di laut jawa, Tegal, Jateng, Jumat (27/1).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- -Nelayan yang hidup di sepanjang pesisir pantai Ampenan, Kota Mataram, enggan melaut. Penyebabnya lantaran cuaca buruk.

"Sudah seminggu lebih, kami (nelayan) tidak melaut karena cuaca saat ini sedang buruk. Kalau melaut sekarang akibatnya bisa bahaya," kata Na'am, seorang nelayan asal Kampung Pondok Perasi, Kelurahan Bintaro, Ampenan, saat ditemui sedang merajut jaring ikannya di Ampenan, akhir pekan kemarin.

Penghasilan nelayan dalam waktu sepekan ini mulai merosot akibat tidak pernah melakukan aktivitas rutinnya yakni melaut di tengah perairan Selat Lombok tersebut.

Untuk menutupi hal tersebut, Na'am bersama nelayan lainnya terpaksa melepas jaring ikan melalui pesisir pantai. "Yang penting ada yang dimakan untuk keluarga untuk setiap harinya," ucap Na'am.

Agar tidak bosan menunggu cuaca buruk yang tidak kunjung selesai itu, Na'am bersama nelayan lainnya menyibukkan diri dengan memperbaiki perlengkapan melautnya. "Biar tidak jenuh melihat kondisi cuaca, kami biasanya memperbaiki jaring yang bolong, menambal perahu yang bocor atau perbaiki mesin yang rusaj," ucapnya.

Selain Na'am, hal senada juga diakui oleh Rahmat (42), asal Kampung Bugis, Kelurahan Bintaro, Ampenan. Rahmat yang memiliki sebuah perahu berukuran panjang sekitar tiga meter lengkap dengan mesin dan jaring ikan itu, enggan berlayar ke tengah laut mencari ikan.

"Walapun peralatan lengkap, tapi takut juga pergi melaut dengan cuaca seperti ini, gelombang di tengah lebih besar dari yang kita lihat di pinggir," ujarnya.

Namun, lanjutnya, ada juga nelayan yang memberanikan diri melaut. Hal itu dilakukan karena melihat harga ikan pada musim ini cukup tinggi.

"Kalau musim seperti ini, harga ikan melonjak tinggi, karena sulit didapat, jadi terkadang ada juga diantara kami yang melaut," ucapnya.

Sementara itu, dari hasil ramalan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), mengeluarkan bentuk peringatan terhadap gelombang tinggi di sekitar perairan NTB.

Berdasarkan prakiraannya yang dikeluarkan pada 26-27 April 2015, angin kencang dengan kecepatan sampai 24 Knot yang memicu gelombang tinggi di sejumlah perairan NTB, seperti di Selat Lombok bagian Selatan dan Utara yang diramalkan mencapai ketinggian 2,5 meter.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement