REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Tindakan salah satu dosen Universitas Muhammadiyah Sumatra Barat (UMSB) berinisial MK yang menginjak Alquran di dalam kelas membuat perguruan tinggi dituntut lebih selektif memilih dosen.
"Sebab yang diajarkan ini, adalah mahasiswa yang memiliki ideologi, bukan seperti anak SD," kata Wakil Amir Majelis Mujahidin Indonesia Jel Fathullah Al Ansari, Senin (27/4).
Agar tidak terulang, dirinya bersama ormas-ormas Islam akan menyurati kampus-kampus. Ia menginginkan, pihak kampus lebih ketat mewaspadai dan memantau dosen yang ada di lingkungan internal.
Menurut dia, ditinjau dari syariat, taubat nasuha yang dilakukan MK sudah memenuhi syarat. "Sudah dilakukan taubat di hadapan para ulama, kemudian diberikan arahan dan nasehat," ujarnya.
Ustaz Jel berharap, MK bertaubat dengan sungguh-sungguh. Ia menjelaskan, MK telah melakukan taubat ideologi, yaitu taubat secara akidah.
"Ideologi ini, tidak bisa diperbaiki kecuali dengan kesadaran, dan kita memberikan nasehat," jelasnya.
Siapapun umat Islam, Jel mengatakan, tidak boleh ada yang melakukan kezaliman. Dalam kaidah Islam, lanjut dia, pernyataan sebuah istighfar dan syahadat sangat bernilai sakral.
“Mengucapkan syahadat, karena sebelumnya mungkin (MK) terjebak dalam pemahaman yang salah dan berbeda. (Kemudian) dengan syahadat (MK) kembali," tutur mantan anggota Komisi Fatwa MUI Provinsi Sumbar itu.
Ia berharap, MK dapat berbenah diri dan membenci apa yang telah dilakukannya sebelumnya.