REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Supir angkot di Denpasar dan Tabanan, Bali hanya bisa pasrah dengan kebijakan pemerintah yang akan menggantikan bahan bakar minyak (BBM) premium dengan pertalite mulai 1 Mei nanti.

Penggantian bahan bakar tersebut ke depannya dipastikan akan mengurangi pendapatan supir-supir angkot yang tidak seberapa.

"Dengan harga bensin saat ini saja, pemasukan supir angkot tidak seberapa, apalagi pakai pertalite, penumpang bisa semakin berkurang," ujar Wayan Sanjaya, supir angkot Kota Denpasar kepada Republika, Selasa (28/4).

Sanjaya mencontohkan, rata-rata dia mendapatkan penghasilan Rp 85-140 ribu per hari. Dia harus menyetorkan uang angkutan hingga Rp 60 ribu per hari. Jika ke depannya harus menggunakan pertalite, Sanjaya memastikan dirinya dan keluarganya akan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Transportasi angkot di Bali banyak yang menganggur karena minim penumpang. Banyak dari pengusaha angkot menutup usahanya. Pasalnya, kalangan pelajar yang selama ini menjadi sasaran lebih memilih untuk membawa sepeda motor ke sekolah.

Premium di Bali saat ini dijual Rp 7.400 per liter. Harga pertalite diperkirakan berkisar Rp 8.000 per liter. Untuk tahap awal ini, pemerintah baru mengadakan pertalite di sejumlah kota besar di Indonesia. Sanjaya dan supir angkot lainnya terus berharap pemerintah memberi keringanan dan pengecualian bagi mereka.

Menjelang 1 Mei, premium di sejumlah SPBU di Tabanan menjadi langka. Salah satu petugas SPBU di Kediri, Tabanan misalnya, mengatakan stok premium di tempatnya sudah habis. Jatah premium di SPBU tersebut dikurangi, dari dua tangki yang masing-masingnya berisi 30 ribu liter menjadi satu tangki saja. Jatah pertamax sebaliknya bertambah dari satu tangki menjadi dua tangki.

"Katanya isi tangki (premium) mau diganti dengan pertalite mulai 1 Mei nanti," kata petugas yang menolak disebutkan namanya itu.

Ikuti Whatsapp Channel Republika