REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Politikus PDIP Rieke Diah Pitaloka menyampaikan ketidakpuasannya terhadap kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Di sektor perburuhan, Rieke menggambarkan, belum ada produk kebijakan yang berpihak pada kelompok buruh. Sebaliknya, Jokowi justru memberlakukan kebijakan penyesuaian harga BBM berdasarkan mekanisme pasar.
Menurut Rieke, kebijakan tersebut telah berimbas pada merosotnya kualitas hidup buruh dan rakyat kecil lainnya. Oleh karena itu, Rieke mengumumkan, pada 1 Mei nanti, ia akan bergabung bersama massa buruh untuk berdemonstrasi di depan istana kepresidenan.
“Banyak orang berharap bahwa Jokowi adalah angin perubahan untuk Indonesia. Saya ingin Jokowi yang dulu yang saya kenal. Masih kurang dari setahun, semoga ada perubahan," ujar Rieke dijumpai seusai Jumpa Pers bersama buruh di Surabaya, Selasa (28/4).
Dalam suasana menjelang peringatan Hari Buruh Sedunia atau May Day pada 1 Mei mendatang, Rieke mengingatkan, Jokowi harus memegang komitmen memperjuangkan konsep ‘trilayak rakyat pekerja’. Prinsip tersebut mencakup kehidupan buruh yang ‘layak kerja’, ‘layak upah’ dan ‘layak hidup’.
Sebagai orang yang turut berjuang memenangkan Jokowi, Rieke berharap Jokowi tetap memegang janji-janji kampanye yang ia sampaikan saat pencalonan dahulu. Saat ini, menurut Rieke, kebijakan Jokowi mulai menjauh dari cita-cita tersebut.
Rieke berpendapat, saat ini, Jokowi sedang dirongrong oleh berbagai kepentingan kelompok di belakang dia. “Dalam pemilihan dulu, memang banyak orang yang membantu, termasuk rakyat kecil, buruh, TKI. Kalau diukur dengan uang, dukungan rakyat mungkin nilainya kecil, tapi yakinlah maknanya sangat besar,” ujar Rieke.
Rieke berahap, kebijakan yang diambil Jokowi harus sepenuhnya berpijak pada konstitusi, bukan opini publik yang diembuskan kelompok tertentu. Rieke melihat, karena adanya bisikan kepentingan, kebijakan Jokowi menjadi berjarak dari konstitusi.