REPUBLIKA.CO.ID, KIGALI -- Lebih dari 20 ribu pengungsi Burundi mengalir ke Rwanda selama satu bulan belakangan karena khawatir terhadap kerusuhan yang berkaitan dengan pemilihan presiden mendatang.
Dalam perkembangan yang berkaitan, Kementerian Urusan Pengungsi dan Penanganan Bencana di Rwanda mengatakan Kementerian itu bekerja sama dengan berbagai lembaga kemanusiaan termasuk Komisariat Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR) untuk membagikan bantuan darurat seperti makanan, tempat berteduh, obat dan air buat pengungsi.
Semua pengungsi Burundi di Rwanda Selatan diungsikan semua ke kamp yang baru didirikan, Mahama, di Rwanda Timur. Perempuan dan anak-anak dalam kelompok pertama pengungsi akan dipindahkan ke kamp baru.
Ketegangan di Burundi meningkat sejak Presiden Pierre Nkurunziza pada Sabtu (25/4) mengumumkan upayanya meraih masa jabatan ketiga. Bentrokan sengit antara polisi dan penentang Nkurunziza terjadi.
Banyak warga Burundi, terutama mereka yang berasal dari daerah pedesaan, mengatakan mereka meninggalkan rumah mereka karena khawatir serangan dari pemuda pro-pemerintah.
Burundi berencana menyelenggarakan pemilihan anggota parlemen pada Mei dan pemilihan presiden pada Juni.
Oposisi menyatakan keputusan Nkurunziza melanggar Undang-Undang Dasar Burundi yang hanya mengizinkan seorang presiden dua kali dipilih. Namun, para pendukung presiden mengatakan masa jabatan pertamanya tak dihitung sebab ia diangkat oleh parlemen, bukan dipilih rakyat.