Rabu 29 Apr 2015 21:44 WIB

Pengacara Duo Bali Nine: Saya Trenyuh, Seolah-olah Eksekusi Mati Ini Pesta

Rep: C14/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Anggota Koalisi Masyarakat Sipil Todung Mulya Lubis (tengah).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Anggota Koalisi Masyarakat Sipil Todung Mulya Lubis (tengah).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada dini hari Rabu ini (29/4), delapan orang narapidana kasus narkoba dieksekusi mati di Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah. Di antara mereka, duo Bali Nine asal Australia, Myuran Sukumaran dan Andrew Chan. Keduanya terbukti membawa narkoba dalam jumlah besar untuk diselundupkan keluar dari Indonesia ke Australia.

Pengacara Myuran dan Andrew, Todung Mulya Lubis, mengomentari eksekusi mati tersebut. Menurut Todung, eksekusi mati ini tidak memerhatikan aspek rasa kemanusiaan terhadap para terpidana, keluarganya, dan pihak yang menentang hukuman mati.

"Saya juga melihat seolah-olah (eksekusi mati) ini pesta, seolah-olah ini satu seremoni yang betul-betul mesti dibanggakan,dilihat oleh publik. Menurut saya, ini betul-betul tidak sensitif," ujar Todung Mulya Lubis saat ditemui di Jakarta, Rabu (29/4).

Todung melanjutkan, mestinya eksekusi mati dilakukan dengan penuh kepekaan. Yakni, menurut Todung, lantaran eksekusi mati pasti menimbulkan keadaan yang penuh kedukaan bagi semua pihak, terutama keluarga mereka yang dipetik nyawanya.

"Jadi saya agak sedikit trenyuh, sedih. Ini kok seolah-olah orang bangga, ada eksekusi. Memang ada law enforcement. Tapi kan penegakan hukum juga mesti memerhatikan perasaan, kepekaan dari semua pihak," tegas dia.

Bahkan, Todung menengarai, pemerintah Indonesia seperti sejak dari awal merancang momen eksekusi mati secara berlebihan. Misalnya, sebut Todung, ketika berlangsung pemindahan dua terpidana mati Bali Nine, ada pengawalan dengan pesawat Sukhoi.

"Dengan satu upacara yang megah, pasukan yang begitu banyak. Menurut saya, itu mempertontonkan bahwa kita bukan bangsa yang lembut. Bukan bangsa yang mencintai kemanusiaan," ucap dia.

Lantaran itu, Todung menyayangkan, adanya kesan glorifikasi eksekusi mati yang dilaksanakan terhadap kedelapan orang itu. Bahkan, menurut dia, ada kesan pemerintah Indonesia mendramatisir eksekusi mati.

"Seolah-olah dibangun momentumnya supaya ada klimaksnya. Itu menjadi pusat perhatian seluruh dunia, publik. Padahal kan itu menciderai rasa kemanusiaan kita," tambah dia.

Todung lantas memastikan, pemerintah Australia tidak akan tinggal diam. Meskipun begitu, Todung sendiri enggan memastikan, seberapa besar perkiraan dampak respons dari pemerintah Australia bagi hubungan bilateral kedua negara.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement