Kamis 30 Apr 2015 14:00 WIB

Perbankan Syariah Kekurangan SDM

Rep: Satria Kartika Yudha/ Red: Satya Festiani
Marwanto Harjowiryono (kiri), dan Agus Sudiarto saat Penandatanganan Perjanjian Kerjasama Penyaluran Dana SP2D Gaji Bulanan Melalui Bank Operasional II, Jakarta, Senin (13/4).(Republika/ Yasin Habibi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Marwanto Harjowiryono (kiri), dan Agus Sudiarto saat Penandatanganan Perjanjian Kerjasama Penyaluran Dana SP2D Gaji Bulanan Melalui Bank Operasional II, Jakarta, Senin (13/4).(Republika/ Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Bank Syariah Mandiri Agus Sudiarto mengatakan industri perbankan syariah mengalami perlambatan dalam tiga tahun terakhir. Salah satu faktor yang menghambat pertumbuhan tersebut adalah kurangnya sumber daya manusia.

Agus mengatakan, rata-rata kebutuhan SDM industri perbankan syariah per tahun kurang lebih 5.900 orang. Sementara lulusan perguruan tinggi atau universitas dengan program studi terkait perbankan syariah hanya 1.500 orang.

"Dari sisi kuantitas sudah terlihat bahwa perbankan syariah memang kekurangan SDM. Ini harus diatasi supaya bisa mengakselerasi industri perbankan syariah di Indonesia," kata Agus dalam acara Seminar Ekonomi Islam yang diselenggarakan Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia di  Gedung Dhanapala, Kementerian Keuangan, Kamis (30/4).

Agus berharap pemerintah dapat berinisiatif untuk memperbanyak lagi institut keuangan syariah sebagai lembaga pendidikan guna memajukan industri perbankan syariah di Indonesia.

Ditambahkan Agus, permasalahan SDM bukan hanya terkait kuantitas. Tetapi juga kualitas. Dia mengatakan, tidak semua program studi perbankan syariah yang ada saat ini, sesuai dengan kebutuhan kualitas di industri. Akhirnya, yang terjadi hanyalah perpindahan pegawai saja dari satu bank syariah ke bank syariah yang lain.

"Sangat jarang kalau kita memerlukan fresh graduate, kemampuannya benar-benar yang dibutuhkan," kata Agus.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement