REPUBLIKA.CO.ID,Saat itu, Ibrahim Ulf Karlsson (55 tahun) tak pernah mengira, tulisannya saat ia di kelas VII tentang masa depannya akan menjadi kenyataan.
Ia menggambarkan dirinya sebagai seorang programmer games yang sukses bersama seorang istri muslimah. Bayangan seorang perempuan berbaju gamis dan mengenakan kerudung begitu saja muncul di benaknya. Padahal, Karlsson terlahir sebagai ateis.
Gambaran tentang Islam pun kembali hadir saat ia di bangku SMA. Karlsson tumbuh menjadi seorang remaja kutu buku. Suatu hari, ia iseng-iseng membuka sebuah Alquran terjemahan dari rak buku perpustakaan sekolahnya. Ia membaca beberapa kalimat di dalamnya.
“Tapi, saya tak ingat dengan pasti Surah apa yang saya baca. Namun, saya ingat saat membacanya, saya berpikir ini sangat masuk akal dan logis dalam memberikan solusi kehidupan,” terang pria berkebangsaan Swedia ini dilansir Onislam.net, Sabtu (2/5).
Padahal, saat itu Karlsson sudah nyaman tanpa menyandang suatu agama apapun. Lantaran ia selalu menganggap apapun yang ada di dunia sudah bisa dijelaskan secara ilmiah, tanpa perlu keberadaan Tuhan.
Lulus kuliah, ia memulai karier sebagai fotografer amatir. Suatu hari, ia mencari obyek foto di sebuah pasar.
Tiba-tiba, seorang pria imigran Muslim mendatanginya agar tak memfoto ibu dan adik-adik perempuannya. Karlsson pun menilai perintah tadi sangatlah aneh.
Setelah kejadian tersebut, ternyata Karlsson makin banyak menemui peristiwa-peristiwa yang kian menghubungkannya dengan agama Islam. Misalnya, suatu hari tiba-tiba ia menghubungi Islamic Information Organization di Swedia untuk mendaftar berlangganan newsletter.
Bahkan Karlsson pun membeli Alquran terjemahan Yusuf Ali beserta sebuah buku berjudul Islam: Our Faith.
“Saya sering membaca keduanya karena saya pikir isinya sangat bagus dan logis. Namun, nampaknya saat itu Tuhan belum mendapat tempat di hati saya,” kenang Karlsson.
Setahun kemudian, Karlsson bepergian ke Pretty Island untuk hunting foto. Di tempat super indah ini, ia merasakan sebuah perasaan fantastis. Yakni, sebuah perasaan semacam bersyukur atas keindahan alam di pulau tersebut.
Menurutnya, ia belum pernah merasakan hal sedemikian. Luapan energi dan perasaan itu seolah-olah membuatnya tak pernah berhenti untuk memikirkan Tuhan, meskipun ia sudah kembali dari pulau ke apartemennya.