REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Pemerintah Kota (Pemkot) Padang terus melakukan sosialisasi dan pemahaman kepada warganya terkait kesiapan dalam menghadapi bencana gempa.
Wali Kota Padang, Mahyeldi Ansharullah mengatakan, setiap bulan dilakukan latihan, sosialisasi, mitigasi bencana di sekolah-sekolah. Pemerintah bersama-sama pihak terkait juga menyiapkan jalur evakuasi baik secara horizontal maupun vertikal.
"Baru-baru ini bersama BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), kita sudah selesaikan bangunan dan jalur evakuasi," kata dia di Padang, Sumatra Barat (Sumbar), Senin (4/5).
Ia menjelaskan, saat ini, Pemkot Padang tengah melakukan pengawasan terhadap bangunan serta fasilitas publik. Pengawasan ini, lanjut Mahyeldi, dilakukan secara ketat. Bahkan, ujar dia, Pemkot Padang tidak segan-segan menindak maupun membongkar bangunan yang melanggar standarisasi. "Kita harapkan masyarakat memiliki kesadaran yang lebih tinggi lagi," tuturnya.
Sementara itu, Mahyeldi enggan menanggapi prediksi peneliti gempa GeoHazards yang menyebut, akan terjadi gempa di Padang setelah gempa Nepal. Ia menuturkan, banyak pihak yang mengatakan Padang akan dilanda gempa besar.
"Saya kira, yang namanya gempa tidak ada yang tahu. Cuma, barangkali mungkin, mereka melihat dari sisi potensi,” katanya. Namun, Mahyeldi tetap mengimbau kepada seluruh masyarakat Kota Padang untuk selalu waspada. Menurutnya, seluruh daerah di manapun mempunyai potensi gempa. Tapi, yang terpenting yaitu, bagaimana kesiapsiagaannya.
Sebelumnya, dikutip dari Time, Presiden GeoHazards International Brian Tucker memperingatkan negara-negara sekitar Nepal, akan tingginya risiko 'tertular' gempa. Daerah-daerah yang menurutnya akan terjadi sesuatu yang mengerikan, yaitu Tehran (Iran), Karachi (Pakistan), Padang (Indonesia), dan Lima (Peru).
"Kalau saya harus taruhan mengenai daerah mana yang selanjutnya akan alami gempa besar, bukti kuat menunjuk pada lepas pantai Sumatra," ujarnya, Sabtu (25/4).