REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Rencana Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin untuk menyamakan cara pandang terkait penetapan waktu hari besar umat Islam dan 1 Ramadhan dinilai kemungkinan bisa terjadi dengan sebuah syarat.
“Ya, misalkan Muhammadiyah berkorban, NU (Nahdlatul Ulama) berkorban, pemerintah berkorban, Persis (Persatuan Islam) berkorban sehingga menyepakati satu kriteria tertentu,” terang anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Marifat Iman, Senin (4/5).
Lebih jauh dia menjelaskan, seandainya masyarakat benar-benar paham, sebenarnya tidak ada masalah dalam perbedaan penentuan 1 Ramadhan, 1 Syawal, dan Idul Adha. Lantaran dari segi penghitungan dan metode yang dipakai sama saja dengan kriteria yang berbeda.
“Kayak Muhammadiyah wujudul hilal, pemerintah kan inkanur rukyat, NU dan Persis juga rukyat. Itu yang maksud saya beda kriteria,” kata dia.
Dia menambahkan, kedepan masalah penetapan 1 Ramadhan, 1 Syawal, dan Idul Adha bisa diambil jalan tengah.
“Tapi masyarakat kita kadang nggak mengerti, kok kenapa menyatukan tanggal saja sampai nggak bisa. Padahal untuk memahami Islam juga kan beda. Karena Islam itu kaya,” tambah dia.