REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia menilai pertumbuhan ekonomi kuartal I-2015 dipengaruhi oleh penurunan harga komoditas. Badan Pusat Statistik telah merilis pertumbuhan ekonomi kuartal I-2015 sebesar 4,71 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan kuartal IV-2014 sebesar 5,02 persen (yoy).
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan, pertumbuhan ekonomi kuartal I-2015 yang melambat dipengaruhi oleh tren penurunan harga komoditas seperti batubara, karet, dan kelapa sawit. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi di wilayah penghasil komoditas pertanian dan pertambangan seperti Sumatra dan Kalimantan juga rendah.
"Nah itu, jatuhnya harga komoditas mempengaruhi PDB growth di Sumatra yang tumbuh hanya 3 persen dan Kalimantan yang hanya tumbuh 1 persen," jelas Mirza dalam pesan singkat kepada Republika, Selasa (5/5) malam.
Berdasarkan data BPS, berdasarkan wilayah pulau, kontribusi terbesar terhadap PDB masih diduduki Pulau Jawa sebesar 58,3 persen. Sedangkan, Sumatra hanya menyumbang 22,56 persen dan Kalimantan hanya sebesar 8,26 persen.
Meski demikian, Mirza menilai pertumbuhan ekonomi yang melambat juga dipengaruhi oleh belum optimalnya penyerapan belanja pemerintah dan melemahnya investasi pada sektor bangunan.
"Dua-duanya berpengaruh (penurunan harga komoditas dan belum optimalnya penyerapan belanja pemerintah)," imbuhnya.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirta Segara mengatakan, pelemahan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2015 terutama didorong melemahnya kinerja beberapa komponen permintaan domestik seperti konsumsi lembaga nonprofit, konsumsi pemerintah dan investasi pada sektor bangunan.
“Pelemahan pada konsumsi pemerintah terjadi akibat belum optimalnya penyerapan belanja, terutama terkait dengan APBN-P 2015 yang baru disahkan dan belum terealisirnya belanja pada sepuluh kementrian dan lembaga yang baru,” jelas Tirta dalam siaran pers, Selasa (5/5).
Tirta menambahkan, penurunan yang terjadi pada pertumbuhan konsumsi lembaga nonprofit terutama disebabkan lebih rendahnya belanja pada kuartal I-2015 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang sangat besar dengan adanya belanja pemilu (base effect). Pada investasi bangunan, pelemahan diakibatkan oleh masih adanya sikap wait and see sektor swasta dan masih belum berjalannya proyek-proyek pemerintah.
Sementara, dari sisi eksternal, Bank Indonesia menilai kinerja ekspor juga menurun sejalan dengan masih lemahnya permintaan dan turunnya harga komoditas dunia. Pertumbuhan impor juga mengalami penurunan cukup dalam, sejalan dengan melemahnya perkembangan permintaan domestik.