REPUBLIKA.CO.ID, SEMANGGI -- Direktur Reserse Kriminal Umum, Kombes Pol Heru Pranoto memastikan kasus kematian Aksyena belum bisa disebut 100 persen pembunuhan. Meski begitu, Heru tak menampik titik terang yang didapat saat ini bisa membuka dugaan pembunuhan.
"Tulisan tangan kan identik, batu juga masih diteliti, tapi iya itu batu disekitar situ ya, saya belum bisa bilang itu 100 persen pembunuhan tapi kita sudah dapat titik terang," ujar Heru saat ditemui Republika, Rabu (6/5).
Heru namun enggan menjelaskan apa titik terang tersebut. Menurutnya, masih perlu serangkaian penyelidikan untuk bisa memastikan penyebab matinya Aksyena. Saat ini pihak Polda Metro Jaya bersama Polres Kota Depok masih menyelidiki kasus tersebut.
Heru mengatakan beberapa saksi sudah diperiksa terkait hal ini. Saksi yang sudah diperiksa antara lain para kawan Aksyena, orang tua, pihak kampus, juga beberapa petugas keamanan kampus.
Senada dengan Heru, Kapolres Kota Depok, Kombes Ahmad Subarkah sempat mengatakan dari segala temuan, ada indikasi pembunuhan terhadap Aksyena. Namun, saat dikonfirmasi, Subarkah enggan menyimpulkan kematian Aksyena karena dibunuh.
"Saat ini pihak kami masih memeriksa saksi. Sudah ada sekitar 15-17 saksi yang sudah diperiksa dalam kasus Aksyena ini. Nanti kita dalami lagi," ujar Subarkah saat dihubungi Republika (6/5).
Aksyena ditemukan tewas mengambang di danau kenanga, Universitas Indonesia. Kondisinya sudah membengkak, dengan posisi masih membawa tas. Setelah penyelidikan diketahui ada sejumlah batu di dalam tas Aksyena.
Saat ini pihak Kepolisian masih berusaha mencari dan menyelidiki kasus tersebut. Pihak keluarga mendesak kepolisian untuk segera menemukan pembunuh Aksyena dan motir pembunuhan. Keluarga bersikukuh ada pihak yang sengaja membunuh Aksyena.