Rabu 06 May 2015 20:59 WIB

Terapi Kanker Pakai Sidik Jadi Genetik

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Karta Raharja Ucu
Pria yang mengalami kebotakan berisiko tinggi alami kanker prostat.
Foto: wikimedia
Pria yang mengalami kebotakan berisiko tinggi alami kanker prostat.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sebanyak 14 lembaga penyakit kanker di Amerika Serikat dan Kanada akan menggunakan sistem komputer International Business Machines Corp's (IBM's) Watson, untuk memilih terapi kanker berdasarkan sidik jari genetik penderita tumor.

Upaya ini mendorong penderita kanker diobati secara lebih spesifik dan personal. Sebelumnya, Presiden Barack Obama menyebutkan Onkologi adalah keahlian dalam mencocokkan terapi dengan DNA penderita kanker. Ini memberikan hasil yang lebih baik dan menginspirasi pengobatan yang lebih tepat dan presisi.

Biasanya membutuhkan beberapa pekan untuk menemukan obat yang cocok guna membunuh kanker yang menyebabkan mutasi. Namun, dengan teknologi IBM's Watson hal itu bisa dilakukan hanya dalam beberapa menit.

Ahli Onkologi dari University of North Carolina Lineberger Cancer Center Norman Sharpless mengatakan, dengan kecanggihan teknologi seperti itu kemungkinan IBM's Watson bisa menjadi solusi bagi penyakit kanker. "Kalau hanya mengandalkan manusia saja tidak bisa," katanya seperti dilansir Reuters, Selasa (5/5).

IBM's Watson punya data yang banyak soal penyakit kanker dan terapi yang cocok. Namun masih belum jelas berapa banyak pasien yang akan terbantu dengan pendekatan 'data yang banyak'.

Wakil Presiden  IBM Watson Health Steve Harvey,  mengatakan, IBM's Watson akan digunakan di Cleveland Clinic, Fred & Pamela Buffett Cancer Center di  Omaha, dan di Yale Cancer Center pada akhir 2015. Nanti mereka akan membayar abonemen.

Ahli Onkologi akan mengupload DNA sidik jari pasien tumor yang mengindikasikan gen mana yang mengalami mutasi dan mungkin akan menyebabkan kanker ganas. Kemudian mereka mencari terapi yang cocok berdasarkan teknologi IBM's Watson.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement