REPUBLIKA.CO.ID, BALIKPAPAN -- Manajemen Persiba Balikpapan berencana mengajukan tuntutan ganti rugi kepada Kementerian Pemuda dan Olahraga, menyusul penghentian kompetisi Indonesia Super League oleh PT Liga Indonesia dengan alasan 'force majeure'.
"Kami sedang menghitung kerugian Persiba sampai saat ini. Baru setelah dapat angkanya, segera kami kirim surat minta ganti rugi kepada Kemenpora," kata Sekretaris Umum Persiba Irfan Taufik saat ditemui di Balikpapan, Rabu (6/5).
Ketua Umum Persiba H Syahril M Taher mengungkapkan Persiba sudah menghabiskan dana hingga Rp 4,2 miliar untuk membayar kontrak dan gaji pemain serta pelatih selama beberapa bulan terakhir.
Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi membekukan kepengurusan PSSI pimpinan La Nyalla Mattaliti, yang terpilih pada Kongres Luar Biasa di Surabaya, April lalu.
PSSI sebagai federasi sepak bola yang memiliki Komisi Disiplin, Komisi Wasit dan Komisi Banding dibekukan oleh Menpora, PT Liga Indonesia yang mengatur jalannya kompetisi ISL, Divisi Utama, dan Liga Nusantara pun membubarkan semua kompetisi itu dengan alasan kejadian memaksa yang tidak terhindarkan (force majeure).
"Bagaimana kita bisa main bola dengan resmi dan adil bila perangkat pertandingan tidak ada," kata Presiden Direktur PT Liga Indonesia yang juga dijabat H Syahril M Taher.
Oleh sebab itu, untuk mencegah kerugian klub lebih jauh, PT Liga menghentikan dulu kompetisi sebab belum ada kepastian mengenai keadaan dan situasi di PSSI. Persiba berencana memanggil para pemain untuk bertemu dengan manajemen pada Kamis (7/5) di Balikpapan.
Menurut Irfan Taufik, sementara ini keputusan manajemen Persiba adalah kontrak pemain akan diputus terhitung tanggal ditetapkan force majeure atau 2 Mei 2015.
"Namun, status ini masih bisa berubah apabila liga kembali dijalankan," kata Irfan, dengan menambahkan hal-hal detail akan dibicarakan dan disampaikan dalam pertemuan dengan pemain.