REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini dinilai Chief Economist Bank BRI Anggito Abimanyu lantaran rendahnya daya beli masyarakat.
Menurutnya, percepatan pencairan dan penyerapan anggaran bukan menjadi yang terpenting melainkan bagaimana meningkatkan daya beli masyarakat yang terus terperosok.
"Yang paling penting bukan anggaran tapi daya beli. Bagaimana cara inflasi agar turun demi meningkatkan daya beli masyarakat," ujarnya kepada Republika, Rabu (6/5).
Untuk itu, Ia meminta pemerintah menjamin kestabilan harga-harga dengan tidak terlalu cepat dalam mengubah harga.
Terkait perlunya insentif bagi pelaku usaha, ia mengatakan hal itu memang diperlukan namun dampaknya tidak otomatis.
"Saya lebih cenderung mendorong pemerintah untuk meningkatkan upaya-upaya untuk meningkatkan daya beli masyarakat dengan mengurangi biaya-biaya yang bisa timbulkan inflasi," lanjut Anggito.
Ia menyoroti inflasi yang terjadi pada April 2015 yang sebesar 0,47 persen menjadi yang tertinggi dibandingkan pada april di tahun-tahun sebelumnya. Anggito mengaku kurang sependapat jika kinerja ekspor impor dituding menjadi salah satu penyebab perlambatan pertumbuhan. Menurutnya, hal ini tidak terlalu berdasar mengingat neraca transaksi berjalan saat ini dalam kondisi yang psoitif.
Untuk itu, ia menegaskan lebih baik pemerintah terus mendorong pertumbuhan ekonomi dari sisi peningkatan konsumsi dengan mengedepankan peningkatan pendapatan masyarakat.