REPUBLIKA.CO.ID, ADEN -- Pertempuran antara milisi Houti dan milisi lokal bersenjata pendukung Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi, menimbulkan sekurangnya 80 orang terbunuh. Sebanyak 40 korban berasal dari warga sipil Yaman tidak bersenjata, dan 40 lainnya adalah milisi Houthi dan milisi lokal.
Sedangkan, 40 orang warga sipil yang terbunuh, adalah mereka yang mencoba melarikan diri dari kawasan al-Tawahi dengan menaiki kapal dari pelabuhan Aden. Namun, milisi Houthi yang melihatnya menembaki kapal mereka. Sedangkan korban tewas dari mereka yang bertikai, yaitu 30 milisi Houthi dan 10 pejuang lokal, termasuk seorang perwira.
Pejuang lokal yang dibantu oleh koalisi Arab dengan melakukan serangan udara berhasil memukul mundur milisi Houthi. Namun, menurut Al Jazeera, Mohamed vall melaporkan jika al-tawahi telah jatuh ke dalam kendali milisi Houthi pada Rabu (6/5) malam. Serangan itu menewaskan Brigadir Jenderal Ali Nasser Hadi, yang kemudian Presiden yaman menunjuk Brigadir Jenderal Saif al-Baqri, menggantikannya.
Kemudian Menteri Luar Negeri Yaman, Riyadh Yasin menuduh milisi Hauthi melakukan Genosida. Lalu menyerukan kepada masyarakat internasional untuk mengajukan tuntutan terhadap kelompok bersenjata. Selain itu Menteri Luar Negeri AS John Kerry diharapkan tiba di ibu kota Saudi, Riyadh, dengan pembicaraan cenderung untuk fokus pada situasi di Yaman.
Sebelumnya, pada hari yang sama, koalisi Arab telah melakukan lebih dari 30 serangan udara di Yaman utara, sehari setelah roket ditembakkan sampai kota perbatasan Saudi dari Najran. Koalisi Arab mulai melancarkan serangan udaranya di Yaman pada 26 Maret melawan pejuang Houthi, yang didukung pasukan setia mantan presiden Yaman Ali Abdullah Saleh, yang menguasai sebagian negara Yaman, termasuk ibu kota Sanaa.