REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Tren batu akik dan batu mulia di Tasikmalaya membuat perekonomian para pengrajinnya meningkat. Terutama bagi perajin perak dan emas atau lebih dikenal dengan pembuat cincin (watang batu akik). Mereka kebanjiran pembeli.
Seorang pengrajin watang, Rusli Dudang (32 tahun) warga Cigeureung, Kelurahan Nagarasaari, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya mengatakan, semenjak demam batu akik sampai ke Tasikmalaya, banyak pengrajin dan kolektor yang memesan watang.
"Banyak yang ingin dibuatkan watang dari bahan perak dan emas," ujar Rusli kepada Republika, Kamis (7/5).
Rusli menjelaskan, lama pengerjaanya sendiri tergantung dari tingkat kesulitannya. Semakin sulit pengerjaannya semakin mahal hargannya. Rusli biasa menyelesaikan pembuatan watang dalam waktu dua hari sampai satu pekan. Namun semenjak masyarakat demam batu akik, pengerjaannya bisa sampai satu bulan karena si pemesan harus mengantri.
Rusli mengaku, dalam sehari biasanya ada dua orang konsumen yang memesan watang. Tapi saat ini dalam sehari bisa menerima tujuh orang konsumen. Rusli memang seorang pengrajin watang tradisional. Ia menerangkan, orang tuanya sudah menjadi pengrajin watang selama kurang lebih 20 tahun. Kemudian Rusli menggeluti usaha bapaknya.
Ongkos pembuatan watang dari bahan perak harganya Rp 25 ribu (per gram). Harga tersebut sudah termasuk biaya pembuatan dan bahan perak. Jika konsumen membawa bahan perak sendiri, harganya akan lain dan tergantung tingkat kesulitannya. Sementara, untuk pembuatan perhiasan berbahan emas, biasanya dikenakan biaya Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribu.
Pembuatan watang mau pun perhiasan sudah banyak yang menggunakan mesin. Akan tetapi, pembuatan dengan cara tradisional masih diminati sampai saat ini. Watang dan perhiasan yang dibuat oleh tangan-tangan pengrajin tradisional biasanya banyak dicari para kolektor.
Di wilayah Cigeureung sendiri, menurut Rusli ada sekitar 10 perajin watang. Ia berharap musim batu akik akan mendongkrak perekonomian para pengrajin watang dan perhiasan yang masih menggunakan cara tradisional.