REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Budayawan Iman Budi Santosa menilai keluarnya Sabda Raja Kesultanan Yogyakarta tidak akan berpengaruh banyak terhadap masyarakat umum. Namun hanya akan berdampak besar terhadap internal Keraton Yogyakarta saja.
Iman mengatakan, salah satu dampak yang terjadi adalah adanya perbedaan pendapat diantara keluarga Keraton Yogyakarta terhadap Sabda Raja. "Namun kalau ada kebijakan yang berbeda dengan pendapat keluarga, wajar jika menimbulkan perbedaan pendapat," ujarnya kepada ROL, Kamis (7/5).
Tak hanya dapat menimbulkan perbedaan pendapat saja, masih menurutnya, dampak dari sabda raja tersebut akan menimbulkan perbedaan sikap bahkan hingga perbedaan kesimpulan.
Selain itu, menurutnya kemungkinan dari dampak tersebut akan mempengaruhi kesebagian kebiasaan di dalam atau di luar Keraton. Menurutnya, jika kebiasaan tersebut sudah terpengaruhi mungkin akan juga menimbulkan suatu friksi.
"Itu kan biasa, tidak hanya dalam Keraton. Dalam kepemerintahan juga seperti itu," ucapnya.
Ia melanjutkan, friksi yang ia maksudkan dalam hal ini adalah mungkin saja terjadi jika ada dua pendapat yang berbeda antara dua pihak dimana jika keduanya tetap mempertahankan perbedaan pendapat tersebut maka bisa menimbulkan perpecahan.
"Tapi ini kan Keraton, berbeda dengan Demokrasi bangsa kita. Di sini hampir mungkin masyarakat tidak bisa berbuat apa-apa. Ibaratnya kerajaan hanya milik raja," jelasnya.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, Raja Keraton Yogyakarta dalam sepekan ini sudah menyampaikan Sabda Raja dua kali. kedua sabda tersebut disampaikan pada Kamis (30/4) dan Selasa (5/5).
Sabda Raja yang pertama antara lain isinya tentang penggantian gelarnya Buwono dan menghapus kata Kalifullah dari gelar sulta. Lalu yang kedua tentang pemberian gelar kepada putri sulungnya Gusti Kanjeng Ratu Pembayun menjadi Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi.